By : Muhammad Yusni
Aku
berdiri di tepi jalan Yos Sudarso yang mulai temaram. Suara music
disco techno terdengar menghentak menghiasi suasana sebuah Club tak
jauh dari tempat aku berdiri. Malam itu aku baru saja pulang dari
kampus. Ketika sedang asik berdiri menunggu taksi, seorang gadis
mendekatiku. Bau semerbak wangi serasa menarik – narik hidungku.
Rambutnya tergerai panjang. Tatapan matanya yang mengenakan softlens
tampak kebiru-biruan. Kuisap rokokku lebih dalam dan menghembuskan
kearahnya, agar ia menjauh.
Namun
gadis tersebut tetap mendekati dan menyapaku. “Hai, cakep.”
Tangannya
yang gemulai menggapai tanganku. Aku pun terpaksa menyalaminya.
“Kenalkan
namaku Bernadette.” ucap bibir berpoleskan lipstick merah menyala.
“Sam.”
sahutku pendek.
“Tinggal
dimana, mas.”lanjutnya.
“Air
hitam.”
Kuisap
lebih dalam lagi asap rokokku.
Bau
wangi tersebut terus menerus terasa merangsang nafasku. Mataku
berkunang – kunang menatap gadis itu. Seperti ada sesuatu yang
menarik – narik aku. Tanpa terasa aku sudah memegang erat tangan
gadis itu.
Kamipun
kemudian larut dalam perbincangan hangat. Entah apa saja yang kami
bicarakan. Kami sambil berpegangan tangan dan membelai. Entah setan
mana yang menguasaiku saat itu. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 2
malam. Aku kemudian diajak pulang kerumahnya. Namun setelah sampai
dirumah, kami sama sekali tidak melakukan apapun. Kami hanya
melanjutkan obrolan kami.
Taklama
aku kemudian terlelap dalam dekapannya. Namun tetap tidak terjadi
apapun.
Entah
berapa lama aku tertidur.
Kemudian
aku terbangun ketika mendengar suara azan di langgar . Kulihat
Bernadette sedang membuka bajunya. Setelah itu ia melepaskan
rambutnya ( rambutnya???). Saat itulah aku baru sadar siapa
Bernadette sesungguhnya. Ia sama sekali bukan seorang perempuan.
Tepatnya adalah seorang Waria. Namun ia benar – benar mirif
perempuan. Setelah kusadari dia ternyata seorang waria, aku pun
berpamitan pulang.
Aku
berjalan sambil mengisap rokok terakhirku. Dalam otakku berkecamuk
bermacam fikiran. Rasa mual, rasa kesal, bingung dan benci. Rupanya
aku semalam telah tidur dalam dekapan rembulan palsu.