Rabu, 05 Agustus 2009

KETIKA HIDUP MENUJU ALAM MAYA

Kita hidup di suatu zaman yang barangkali tidak pernah dibayangkan siapa pun dahulu kala. Kemajuan hidup manusia sudah sangat luar biasa. Kita hidup dimana kenikmatan, kehebatan dan kecanggihan dunia sudah mencapai puncaknya. Manusia telah berhasil memindahkan surga kemuka bumi. Kecanggihan komunikasi, kecanggihan peralatan industri, kecanggihan peralatan multimedia, kecanggihan alat transportasi meliputi udara, air dan darat. Kita sudah mampu melalangbuana keluar angkasa dan memasuki atmosfir DNA. Kita sudah mampu menciptakan bangunan pencakar langit dan ratusan gedung canggih yang mampu menjanjikan kenikmatan penggunanya. Kebebasan juga telah mencapai titik ereksi maksimal. Judi yang liar, prostitusi yang terorganisir, maksiyat online maupun offline, mafia narkoba yang makin hari makin softly mendekati sekitar kita. Semuanya kini menuju satu kata kesempurnaan. Semua sisi kehidupan telah mencapai titik sempurna, baik itu hal yang positif maupun hal negative. Bangunan keluarga sudah tidak utuh lagi. Kita sedang menuju kepuncak. Puncak kejayaan manusia sekaligus puncak kehancuran moral dan tatanan sosial. Sex bebas dan prilaku menyimpang lainnya seperti dilegalkannya pernikahan sejenis dan kumpul kebo. Pembunuhan terhadap janin bebas bagaikan buang hajat dipinggir kali. Apakah manusia telah kehilangan nurani dan akal sehatnya ?

Kemajuan dan kecanggihan hidup moderen telah melahirkan kesempurnaan. Tapi sebagaimana pohon buah apel, dari ratusan apel yang tercipta sempurna, ternyata ada buah – buah busuk yang berjatuhan, ada buah – buah apel yang luarnya sempurna, ternyata didalamnya mengandung ulat – ulat hama. Begitu pula kehidupan ini, banyak korban mulai berjatuhan…….

Manusia yang malang menjadi korban individualistic mengalami rasa kesepian dan kesunyian. Manusia yang hidup didunia modern telah kehilangan tujuan dan merasa tidak berguna. Apatah lagi yang jauh dari agama, maka akan terjerumus kebeberapa pilihan alternative : jatuh jadi budak narkoba dan mati berlahan – lahan ataukah mati bunuh diri baik sendiri maupun berkelompok.

Untuk kelompok pertama yang terjatuh kegelapnya dunia narkoba telah memasuki dunia yang sangat kreatif dalam hal imaginasi. Dunia obat adalah pasangan dari dunia malam, dunia pesta pora, dunia dugem kata anak sekarang. Sebuah dunia pelarian para manusia moderen. Bahkan belum moderen katanya kalau belum merasakan nikmatnya shabu – shabu, manisnya ganja, indahnya narkoba. Ujung – ujungnya tanpa mereka sadari mereka membawa pula keluarga, saudara, teman dan handai taulannya menuju kesengsaraan hidup. Betapa banyak artis kita yang mengalami masa – masa kejayaan kemudian terjatuh lalu masuk kekubangan narkoba dan akhirnya mendekam dipenjara. Berapa banyak remaja dan pemuda yang kehilangan masa depan terbaring dirumah sakit rehabilitasi karena kecanduan narkoba.

Demikian pula soal bunuh diri. Manusia – manusia kesepian ditengah modernitas hidup, manusia – manusia yang kehilangan orientasi hidup. Manusia – manusia yang terjerat kebosanan hidup. Depresi dan stress luar biasa. Akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, baik sendiri maupun kelompok. Berapa banyak kita dengar dari belahan dunia kejadian – kejadian unik, seperti satu keluarga yang mati bunuh diri bersama – sama, sekelompok pemuda yang membakar diri, ada yang meminum racun, ada yang menggantung diri dan berbagai macam cara supaya mati. Mati dianggap sebuah jalan paling baik. Apa dikira mati menyelesaikan masalah. Justeru mati bunuh diri adalah sebuah jalan yang hina dan meninggalkan keluarga yang malu dan sengsara menanggung beban seumur hidup mereka.

Lalu apa yang harus dilakukan manusia – manusia normal yang hidup dizaman sekarang ini. Ibarat seorang gadis cantik yang hidup ditengah hutan, sementara disekitarnya banyak binatang buas dan para perampok liar. Seperti itukah kehidupan ini ? Sungguh mengerikan sekali jika itu benar adanya. Namun kita harus melihat fakta, bahwa disekitar kita masih banyak hal positif dan masih banyak orang – orang yang kepingin memperbaiki hidup. Memperbaiki kualitas hidup dengan berbagai cara. Semua yang terjadi sekarang ini adalah sebuah konsekwensi pilihan hidup ketika kita mulai memasuki abad 21. Jadi kita tidak perlu bunuh diri untuk menghindar, kita cukup memakai helm dan jalanilah hidup sebagaimana biasa dan berdoalah semoga kita selamat sampai tujuan.

Karang Asam Samarinda 16 Juni 2008

TUKANG UTAK ATIK JEMBATAN KELEDAI


Sejak Usia SD saya sudah biasa mengutak – atik kata atau kalimat. Kalau dulu guru saya biasa menyebutnya Jembatan Keledai. Kenapa disebut Jembatan Keledai, karena katanya bagi anak – anak yang susah menghafal ( keledai terkenal pelupa dan susah mengingat ), perlu dibuatkan jembatan pengingat. Nah Jembatan pengingat itu bisa berupa singkatan tentang sesuatu, misalnya Hico Mejiku Hibiu Apu adalah tentang Warna garis komponen elektronik ( nah saya lupa nama alatnya – tapi ingat warnanya ), yaitu : Hijau Coklat Merah Jingga Kuning Hitam Biru Ungu. Nah gara – gara itu saya lalu senang membuat singkatan huruf atau kombinasi angka. Bahkan saya lalu suka membaca buku atau majalah yang berhubungan dengan huruf, angka atau modifikasi kode. Novel seperti Sherlock Holmes, Hercule Poirot, Trio Detektif, Empat Serangkai, Trio Siaga dan sejenisnya biasa saya lahap. Semuanya tentang mengungkap kode atau rahasia kasus tertentu.
Kebiasaan itu lalu berlanjut kejenjang selanjutnya. Saya kemudian biasa meringkas atau membuat ringkasan baru, entah itu potongan kalimat atau nama – nama organisasi, semisalnya : Sotariu yang artinya Sombong Takabbur Riya dan Ujub. Atau nama – nama forum semisal : Guci – Gerakan Umat Cinta Islam, sebuah Forum yang saya bikin ketika menentang beberapa iklan yang menistakan ajaran Islam.
Dan gara – gara itu lalu saya biasa mendapat orderan untuk bikin nama – nama organisasi baru atau fiktif. Yah hasilnya lumayan, cukuplah untuk biaya ngopi dan makan roti bakar.
“Penyakit” tersebut baru – baru ini saja saya sadari, entah itu penyakit atau kah bakat terpendam saya tidak tahu. Yang jelas selama ini saya tidak menyadari kelebihan itu, karena saya menganggapnya biasa – biasa saja.
Barangkali diantara anda ada juga yang punya “ Penyakit” seperti saya ?

KERINGISISASI IDE


Kemarin saya iseng – iseng membuka arsip ngebloging saya, ternyata cukup banyak artikel yang saya tulis. Artinya ternyata saya cukup produktif nulis disela – sela kesibukan harian saya. Ya sekedar tulisan – tulisan yang nggak mutu, namun cukup menggambarkan suasana hati saya. Dan memang kebanyakan tulisan – tulisan saya itu lebih mengikuti suasana hati dan fikiran saya. Karena bersifat bebas, santai dan apa aja tanpa batasan bidang yang ditanggapi atau yang dijadikan tema khusus.
Tapi memang saya mengakui minggu – minggu terakhir ini fungsi intelektual saya sedang merosot turun atau mengalami turun gunung, mudah – mudahan enggak loss terlalu tajam. Membacapun udah sudah jarang, padahal saya sejak bayi sudah suka membaca, hampir semua jenis dan macam bacaan saya lahap. Sampai – sampai saya dewasa sebelum waktunya, tua sebelum waktunya. Mulai buku roman picisan, roman sastra, politik, budaya, filsafat, tasawwuf , komik, majalah, robekan Koran dan sejenisnya. Yang lucunya kini kebiasaan itu sudah jarang saya lakukan.
Mudah – mudahan hal ini bukan tanda – tanda saya sedang mengalami crisis intelektual atau mengalami kemerosotan daya fakir. Tapi lebih karena factor enggak sempat aja gitu lhoooo. 23 Juli 2009