Senin, 28 Januari 2008

Sebuah Catatan Tentang Daripada Soeharto

Hari ini tanggal 27 Januari 2008, jam 13.10 siang semua mata dunia tertuju ke Indonesia, tepatnya ke Rumah Sakit Pusat Pertamina, hampir semua media massa dari seluruh dunia hadir ditempat tersebut. Yang mana tempat tersebut telah menjadi titik terakhir dari sebuah perjalanan akhir dari seorang besar daripada Soeharto. Pertanyaannya adalah : Apakah dengan meninggalnya beliau, usaikah semua kontroversi yang mengiringi langkah beliau ? Saya sebagai sebuah titik diantara para demonstran 1998 yang telah berjuang memundurkan rezim besar beliau, kini hanya bisa termangu. Apa yang akan terjadi setelah beliau meninggal. Apakah Klan Cendana akan benar – benar terpuruk seperti sekarang ini, ataukah akan muncul kekuatan baru. Mengingat kini banyak partai politik baru yang didirikan dalam rangka membangkitkan kembali Klan tersebut. Ketika orang sibuk mengikuti prosesi pemakaman beliau, saya justeru mengamati siapa – siapa yang berada disekitar pemakaman tersebut. Sanak saudara, sahabat, teman dan kawan, mitra dan saudara angkat, musuh dan lawan politik, semua nampak hadir. Kita semua termasuk para mantan aktivis 1998, barangkali harus jujur mengakui bahwa beliau adalah termasuk orang besar.

Oke Pakle selamat jalan, semoga engkau diterima disisiNya Amin.

Sebuah Opini tentang : Syariat Islam

KEGAMANGAN DAN KERAGU-RAGUAN ADALAH MUSUH TERBESAR PENEGAKAN ATURAN ILLAHI

By Moehammad Yoesny

Saya bukan siapa – siapa, saya bukanlah pakar Agama atau jebolan Pesantren khususi masalah – masalah syariat. Saya juga bukan seorang muslim yang taat beribadah dan memiliki tingkat keimanan dan keikhlasan yang tinggi. Kalau mau pake istilah Snouck Hugronye atau apalah namanya, jenis makhluk seperti saya adalah Islam Abangan. Sekedar islam KTP kalau istilah sekarang. Sholat masih belang belontang. Puasa masih kurang. Mengajipun begitu. Saya juga bukan orang terkenal atau seorang cendikiawan muslim yang pakar. Saya menulis hal ini hanya sekedar menyampaikan wacana sederhana, atau anggaplah igauan seorang pengangguran di Gardu Pos.

Istilah penegakan syariat Islam mulai terkenal ketika Istilah terorisme mulai muncul. Amerika dengan gampangnya mengindikasikan salah satu factor elemen terorisme adalah upaya penegakan syariat Agama atas Negara. Di Indonesia sendiri, istilah penegakan syariat Islam sudah sering kita dengar diucapkan oleh Para Ulama Seperti Ustadz Ba’asyir dan Majlis Mujahidinnya. Sejak daripada Soeharto tumbang ke Prabon, maka ummat Islam garis keras makin keras dan gencar pula mengusung wacana tersebut. Sempat terpikir oleh saya ketika itu ( masih seorang mahasiswa idealis ), bahwa kekerasan adalah sebuah pilihan dalam menegakkan Islam di Indonesia karena saat itu nampaknya semua pada tuli atau pura – pura tidak mendengar.

Disaat menggebu – gebunya niatan itu, saya sempat berniat akan bergabung dengan gerakan islam garis keras, kalau perlu kutinggalkan kuliah dan bergabung. Saat itu memang nampaknya syariat Islam harus diperjuangkan habis – habisan dimuka bumi Indonesia.

Namun ketika itu langkah saya terhenti….. seorang tua bernama Yusuf Musadeqh, mantan veteran yang kini sudah almarhum. Saat itu saya cukup lama menjalin hubungan persahabatan dengan beliau. Saya sering bertukar pikiran dengan beliau. Walaupun beliau dikarenakan memiliki kekacauan pikiran diakibatkan stroke yang beliau derita. Namun potongan – potongan pemikiran beliau terkadang bisa saya sambung – sambung. Kenapa begitu ? karena beliau ketika berdialog dengan kita, terkadang – kadang ceritanya meloncat – loncat atau berubah – ubah. Sehingga barangkali anda akan berfikir: “ Ah, Mas Yoesny kok berdialognya dengan orang syaraf.”

Tapi anda perlu tahu, orang syaraf itulah yang justeru menyelamatkan masa depan saya. Sebagaimana saya katakan sebelumnya, bahwa saya sempat sudah bertekad akan meninggalkan kuliah dan bertempur bersama – sama kelompok garis keras untuk menegakkan agama Islam walaupun dengan cara kekerasan sekalipun. Saya sudah sempat diajak untuk latihan militer dan sejenisnya. Mereka tahu saya. Tapi saya tidak tahu siapa mereka.

Pak Yusuf Musadeqh menegur saya dan melarang saya untuk berangkat bersama teman – teman satu visi. Beliau berkata : Bukan begitu caranya berjuang menegakkan Islam. Bukan dengan cara belajar membuat bom dan meledakkannya dicafe – cafĂ©. Bukan belajar menggunakan senjata api dan menembakkan kearah kaum kafir. Bukan belajar menggunakan pisau dan membunuh kaum kafir. Merusak dan menghancurkan gedung dan rumah orang lain. Bukan begitu caranya.

Kata – kata beliau terasa tajam menusuk sekali, menyadarkan saya dan membuat saya tertegun dan mempertanyakan kembali tekad yang menyala – nyala tadi. Akhirnya dengan berat saya hubungi teman – teman dan mengatakan saya batal untuk berangkat.

Dan kejadian itu adalah 2 bulan sebelum peristiwa anarkisme yang dilakukan oleh Amrozi dan teman – temannya. Apakah Pak Yusuf Musadeqh memiliki kemampuan Paranormal yang bisa membaca peristiwa yang belum terjadi ?

Setelah itu, isyu penegakan Islam menjadi sesuatu yang sangat tabu untuk dibicarakan. Apalagi saat itu Pemerintahan kemudian bertindak sangat represif. Pokoknya siapa saja yang gencar menyuarakan penegakan syariat pasti akan kena masalah. Minimal kena cekal. Termasuk Abu Bakar Ba’asyir kemudian harus menikmati hotel prodeo. Kemudian tidak ada lagi suara – suara keras yang menyuarakan Penegakan Syariat Islam. Istilah itu kemudian digantikan dengan istilah yang lebih diperhalus.

Dan kemarin dalam rangka diskusi ilmiah Aliansi Ummat Islam Kaltim tanggal 26 Januari 2008 bertempat di Hotel Mesra Internasional, saya kembali melihat riak – riak atau gelombang besar itu. Idealnya memang begitu sich, aturan Negara ini ganti saja dengan aturan syariat Islam. Tetapi Realitas kekiniannya gimana ? Tanya Dr. Egi Sujana.

Disatu sisi umat islam ingin menggunakan syariat Islam dalam memilih pemimpinnya. Namun system yang digunakan di Indonesia dalam memilih pemimpin menggunakan system demokrasi. Yang konon katanya demokrasi tidak ada dalam Islam. Islam diatur Allah dan Rasul, bukan diatur oleh Keputusan Rakyat mutlak. Masalahnya Rakyat disini rakyat dalam pengertian apa ? Apakah Rakyat Islam ? Rakyat Non Islam ? Selain Ustadz dan mubaligh yang menjadi rakyat ternyata juga belang – belang. Preman juga rakyat. Perampok dan pencuri juga rakyat. Koruptor dan pembunuh juga rakyat.

Apa yang terjadi kemudian ? Apakah penegakan syariat Islam harus dibatalkan dan ikut menggunakan system demokrasi yang diterapkan oleh Indonesia ? Mungkinkah Islam diterapkan di Indonesia ? Apakah seluruh Rakyat Indonesia bisa menerima tawaran penegakan syariat Islam ? Apakah bisa kita mewajibkan semua wanita dewasa di Indonesia mengenakan busana muslim dan berjilbab sebagaimana di Aceh ? Apakah lalu nanti, bangsa lain dengan syariat lain, juga memaksa orang Islam Indonesia yang bekerja dinegaranya untuk mengikuti aturan dibangsa lain tersebut. Misalnya kerja di pantai, harus pakai bikini ? alangkah lucunya …… bagaimana nanti kalau seandainya, ada provinsi yang mayoritas non muslim akan memisahkan diri dari republic Indonesia ( kayak Bali tempo hari ).kemudian mereka akan memasang aturan, silahkan yang berjilbab memakai baju Bali, makan babi panggang, lalu ikut sembahyang di Pura. Kalau tidak mau silahkan get out. Apakah memang seperti itukah yang kita inginkan.

Maksud tulisan saya disini bukanlah untuk mempertanyakan Penegakan Islam. Menurut saya justeru sebaliknya, Penegakan itu wajib ditegakkan. Tapi bukan hanya sekedar di Indonesia. Tapi diseluruh dunia. Itu yang penting. Sebagaimana Visi dan Misi Kristenpun untuk menyelamatkan anak – anak domba tersesat diseluruh dunia. Semua rumah semua pondok semua ceruk dan gua yang ditinggali manusia harus dijamah oleh kasih kristus. Nah apa salahnya kalau penegakan syariat islam adalah secara keseluruhan, alias seluruh dunia, semua rumah, semua pondok, semua ceruk dan gua yang ditinggali manusia harus mendapat Rahmat Allah dan Petunjuk Allah.

Soo….. lalu apa yang saya maksud dengan Kegamangan dan keraguan didalam menegak syariat Illahi diatas ? Jujur saja, kita lebih nampak sangat berani menyerukan penegakan Syariat Islam ketika berkumpul sesama Muslim saja. Kita hanya berani ceramah didepan jama’ah saja. Namun kita tiba – tiba kelu, ketika kita selaku anggota Dewan atau Pejabat melihat sesuatu yang menghalangi penegakan syariat Islam. Pimpinan atau direktur yang nyata – nyatanya memimpin institusi Islam atau parpol atau ormas, gamang didalam menerapkan Syariat Islam dilingkungan sendiri. Apatah lagi jika menyuruh orang lain untuk menerapkannya. Kita gamang dan ketakutan sendiri. Kita takut dengan bayangan sendiri. Gimana nanti kalau jama’ah saya akan meninggalkan saya, gara – gara saya wajibkan penggunaan Jilbab misalnya. Seorang guru ketakutan murid – murid akan pindah sekolah hanya gara – gara diwajibkan berjilbab. Seorang Direktur Perti yang berlabel Islam, gamang didalam menerapkan aturan wajib berjilbab ketika turun kuliah. Ya khan……???

Selasa, 08 Januari 2008

PERGINYA SANG GURU MUHAMMADIYAH KALTIM

Tanggal 4 Januari 2008 yang lalu ada sebuah berita cukup mengejutkan saya, Bapak Drs. Ngadimun Badrie Mantan Ketua Majlis Dikdasmen PW Muhammadiyah Kaltim telah meninggal di RS PKU Muhammadiyah Jakarta. Benar - benar sangat mengagetkan siapa saja yang mendengar, mengingat beliau baru berusia 59 tahun, dibandingkan pengurus PW Muhammadiyah Kaltim, beliau termasuk masih muda. Namun Kiprah beliau di dunia dakwah Muhammadiyah Kaltim bukanlah baru. karena beliau benar - benar mulai masih IPM, IMM dan sampai jabatan di Muhammadiyah sudah beliau lakoni. kalau hubungan saya dengan beliau cukup akrab. bagi saya beliau adalah guru kader saya. saya seringkali ketemu beliau baik masih ketika saya aktif di IPM, IRM dan IMM, karena memang beliau adalah tokoh senior kami. bahkan hubungan saya juga adalah salah satu mahasiswa beliau di STIE Muhammadiyah Samarinda. Walau kami sempat berseberangan ketika gonjang ganjing STIE Muhammadiyah, namun saya dan beliau tetap berhubungan dengan baik. bahkan beliau adalah dosen pembimbing saya. barangkali cuma saya yang punya dosen pembimbing yang dua - duanya sudah keburu meninggal sebelum skripsi saya selesai !! yaitu Bapak Ngadimun dan Bapak Ahmad Dimyati. Padahal keduanya sangat respek terhadap saya. tidak ada pertanyaan lain yang selalu ditanyakan oleh beliau berdua kalau bertemu saya, kapan skripsimu selesai....

kini setelah bapak ahmad Dimyati mendahului, Bapak Ngadimun kembali ke Kaltim dalam keadaan sudah hanya tinggal jasadnya. saya benar - benar bingung karena hati saya campur aduk, antara sedih, bingung dan galau. bahkan untuk menangis saja saya sudah tidak mampu, karena beliau pernah mengatakan kader pemimpin harus kader yang sanggup mengendalikan diri dan menahan emosi.

terlepas dari berbagai kontroversi yang mengiringi beliau, saya mengakui bahkan kita semua harus mengakui betapa kiprah beliau dalam membesarkan Muhammadiyah Kaltim sangatlah besar. Selamat Jalan guruku, dosenku, ayahku dan pemimpinku, semoga Allah memberi tempat yang layak disisiNya. Amin Yaa Robbal'Alamin.