Senin, 16 Juni 2008

JAGALAH SINGAMU

“ Jagalah Singamu! “ Demikian pesan Nabi Muhammad Saw kepada Para Sahabatnya suatu ketika. “Apa yang dimaksud, Jagalah Singamu itu, wahai Rasulullah ? “ Para sahabat balik bertanya.
“ Jagalah mulutmu, karena mulut itu adalah seperti singa. “
Demikian berbahayanya mulut jika tidak dijaga, berbahaya seperti Singa, bisa mencelakakan siapa saja. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, Lidah tidak bertulang dan setajam pedang. Mulut adalah modal yang sangat berharga bagi beberapa profesi. Misalnya Guru ketika mengajar, Penceramah ketika berbicara, Pengacara ketika membela kliennya. Salesman ketika menawarkan barangnya. Bahkan menurut seorang Ahli Komunikasi , dalam satu hari ( 24 Jam ) , manusia berbicara sebanyak 75 persen dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Begitu hebatnya Allah menciptakan mulut.
Namun karena mulut juga, banyak menimbulkan kecelakaan bagi orang lain. Dengan mulut, manusia saling menghasut. Dengan mulut manusia saling mencaci maki dan saling menghina. Bahkan karena mulut pernah terjadi peperangan besar yang terjadi berhari – hari. Oleh karena itu wajar saja Nabi mengingatkan kepada para sahabatnya mengenai bahaya Mulut. Mulut itu tergantung kepada pemilik mulut. Jika pemilliknya tidak bisa mengendalikan mulut, maka yang terjadi adalah fitnah dan kerusakan dimana – mana. Oleh karena itulah jagalah lidahmu, jangan sampai ia menyakiti orang lain sebagaimana seekor singa liar yang menyerang siapa saja, tidak perduli dengan siapapun, walaupun pimpinan kelompoknya pun di terjang.

16 Januari 2005
Samarinda

AKU TAK MAU MATI BEGITU SAJA

Karya Muhammad Yusni

Hari ini ada lagi yang meninggalkan dunia
Terkubur dalam sunyi
Terbenam dalam keheningan malam
Ia tinggal menanti hari kebangkitan
Hanya tinggal nama yang tertera dibatu nisan
Satu dua generasi yang akan datang
Sudah tidak mengenalinya lagi….

Aku takmau seperti itu
Aku tidak mau meninggal begitu saja
Tanpa meninggalkan sebuah karya
Yang akan terus dibaca dan didengar oleh siapa saja
Hingga sampai kapanpun

Aku takmau seperti itu
Meninggal begitu saja dan hilang ditelan bumi
Aku ingin tetap hidup didalam karya – karyaku
Dan menjadi buah bibir generasi setelah
Zamanku

Aku ingin tetap hidup dialam fikiran anak cucuku
Aku ingin tetap terlihat hidup dalam setiap
Buku yang mereka baca,
dalam setiap senandung yang mereka dengar
Aku ingin mereka tahu
Bahwa aku adalah seorang Penyaksi Hidup


Samarinda 30 – 3 – 2007
( Hari meninggalnya Chrisye ).

Seandainya Neraka Tak Pernah Tercipta

Demikian lirik lagu yang dibawakan oleh Chrisye dan Ahmad Dhani ( Personal Dewa ), sebuah pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Karena manusia memiliki dimensi berbeda dengan Malaikat dan Setan. Memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dengan makhluk lain yang ada dimuka bumi.

Kebanyakan manusia lebih suka memilih surga ketimbang neraka. Kita memiliki kecenderungan untuk menjadi makhluk liberal. Asumsi setiap manusia adalah : Berbuat sesukanya dimuka bumi, berpesta pora, tidak ada kewajiban untuk menyembah, kalau bisa hidup selamanya, dan jika mati, kepinginnya mati masuk sorga, tanpa harus ada hisab, apalagi kalau sampai masuk neraka.

Dan jujur saja, kini manusia yang hidup dizaman sekarang, lebih memilih asumsi seperti tadi, ketimbang asumsi kedua : Hidup dengan layak dan baik, beribadah kepada Tuhan siang dan malam, berbuat kebajikan, membantu sesamanya, memerangi kemungkaran dan kezaliman dimuka bumi, meninggal dalam keadaan beriman, dan kalau bisa jika meninggal juga masuk Sorga. Lalu apa korelasi kajian kita dengan dua bait lagu diatas ?

Seandainya Neraka dan Surga tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNya ? Artinya, apakah kita melakukan segala kebajikan karena kita menginginkan sorga dan takut neraka, ataukah karena takut kepada Tuhan Pencipta Neraka dan Surga? Dan Seandainya Neraka dan Surga tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadanya ? Artinya, apakah dasar yang melatar belakangi kita bersujud kepada Tuhan, apakah karena takut Neraka dan inginkan surga ataukah takut kepada Tuhan Pencipta Neraka dan Surga itu sendiri ? Pertanyaan bersayap dan sulit untuk dijawab. Karena kebanyakan manusia kini sama sekali tidak takut kepada Neraka dan tidak perduli kepada Surga. Kebanyakan manusia tidak perduli kepada kematian. Mereka merasa hidup selama – lamanya, sehingga melakukan kemungkaran terus menerus. Melakukan maksiyat terus menerus. Tidak perduli dengan akibatnya. Apalagi takut dengan yang namanya neraka. Nauzubillah Minzalik !!!

Samarinda 25 Januari 2005

KETIKA SEORANG SAHABAT PERGI


Perbedaan antara seorang teman dengan Sahabat adalah sangat jauh berbeda. Kamu mungkin punya teman – teman yang banyak, namun apakah diantara teman – teman itu adakah yang patut disebut sahabat. Makna persahabatan sangat mendalam dibandingkan dengan sekedar pergaulan antar teman. Seorang sahabat akan sangat mengerti kesulitan hidup sahabatnya. Ia akan membantu dan akan selalu membantu. Ketika kamu mendapat kesulitan, kepedihan hati, diolokin orang lain, dibohongin orang lain, maka sahabat akan tetap berada menemanimu. Seorang sahabat akan selalu memenuhi relung hati kita. Seorang sahabat tidak akan pergi meninggalkan kamu, di saat – saat yang lain meninggalkan kita. Sahabat akan selalu menemani kita disaat senang dan maupun sedih. Seorang sahabat memang harus dicari, Nabi Muhammad Saw saja memiliki sahabat – sahabat yang selalu sehidup semati dengannya. Demikian pula dengan kisah persahabatan enam orang sahabat.

Yaitu Nana Fitriana, Murni, Yuli Rahmawati, Ibnu Fajar, Wiwit dan Candra Ivony,
mahasiswi STIE Muhammadiyah Angkatan 95.
Mereka dipertemukan oleh nasib, persahabatan terjalin diantara mereka sejak pertama kali menjadi Mahasiswa. Setiap kali ada kegiatan kemahasiswaan, keenam orang itu selalu bersama – sama. Dan mereka juga biasa saling berkunjung kerumah yang lain. Mereka telah hidup senafas dan seperjuangan. Seolah – olah mereka adalah saudara sekandung. Dan banyak hal sudah yang mereka alami. Bahkan pada suatu saat, mereka pernah bercanda, kalau nanti kalau semuanya sudah berkeluarga, mereka ingin berdampingan rumah.
Jadi mereka akan selalu bersama – sama.
Namun ketika waktu berlalu, ketika semuanya mulai berubah …… karena kita boleh berencana Allah jua yang Maha menentukan.
Ketika Nana Fitriana menikah dan pindah ke Bontang, ketika Ibnu Fajar pindah ke Pasir dan menikah disana, ketika Candra menikah dan sibuk mengurus ketiga anaknya, ketika Murni menikah dan sibuk dengan pekerjaannya, ketika Wiwit menikah dan punya anak, maka tinggal Yuli tertinggal didalam sunyi.
Yuli hanya menangis dalam gelap.
Mungkinkah mereka akan bertemu dan berkumpul lagi, namun kini itu semua hanya tinggal kenangan. Pertemuan itu hanya tinggal
sepotong mimpi Yuli dan bukan milik sahabat – sahabatnya lagi. Lalu apakah makna
“Sebuah persahabatan ? “ Ketika Yuli harus pergi untuk selama – lamanya. Semakin kita memikirkan makna persahabatan, maka kita semakin yakin, bahwa hanya Allah yang berhak mengambil sahabat kita, sahabatku, sahabatmu, dan sahabat kita semua.


Selamat jalan Yuli….
Semoga arwahmu tenang disisi Nya, amin yaa Robbal Alamin.

Samarinda 24 Desember 2004

Ketika rembulan membayang dipucuk malam
Airmata masih menetes membasahi pipi
Tanah ini masih basah, bunga – bunga masih bertebaran diatas pusaramu sahabatku…..

Wajahmu masih membayang dipelupuk mata kami para sahabatmu…..kebaikan dan renyah tawamu masih menghiasi hati kami…

Selamat jalan sahabat,
Semoga engkau damai disisiNya
Amin…….




TURUT BERDUKA CITA
Atas Meninggalnya Seorang Alumni
Ikatan Remaja Muhammadiyah
Periode 1995 – 1997

YULI RAHMAWATI
Kamis 24 Desember 2004

Seorang Sahabat dan Teman
Terbaik kami.

Semoga segala Amal kebajikannya diterima Allah SWT.

Tertanda,
Sahabat – sahabat,
Rekan se Organisasi
Dan seluruh teman yang mencintai dan menyayangimu…..

Samarinda - Kaltim

KESERAKAHAN YANG MEMBUTATULIKAN

Ketika seorang manusia diberi satu bukit emas, maka ia akan menginginkan bukit emas kedua, dan jika sudah didapatkannya maka ia akan menginginkan lagi bukit emas yang ketiga. Demikianlah sifat manusia. Manusia – manusia yang tidak beriman kepada Allah dan alam akhirat, tidak akan berhenti mengejar harta, menimbun uang dan emas, membeli barang – barang mewah dan menguasai sumber – sumber uang. Orang – orang yang hatinya telah dikuasai keserakahan, maka mata hatinya akan buta tuli. Ia tidak akan perduli lagi dengan lingkungannya. Ia tidak akan lagi perduli dengan orang yang mengalami kesulitan. Tidak perduli lagi dengan keadaan saudaranya sesama manusia.
Bagi orang – orang yang telah dikuasai oleh keserakahan, ia tidak akan berhenti untuk terus menguasai dan menguasai. Bahkan dengan berbagai cara ia akan mencoba merebut apa yang dimiliki oleh orang lain. Merampas dan mengambil hak orang lain adalah kebiasaan yang telah berakar dalam tubuh orang serakah.
Qarun adalah salah satu sample yang telah Allah ciptakan, sebagai lambang orang yang pongah, serakah, kaya raya tapi pelit, suka mengumpulkan harta dan menimbunnya. Sehingga akhirnya Qarun tenggelam kedalam tanah bersama harta yang dimilikinya.
Sifat serakah memang tidak terasa akan tumbuh dalam diri kita. Sifat itu seperti
Virus. Ia menyebar perlahan didalam darah dan daging kita. Tanpa terasa sampai akhirnya kita dikuasainya dan kitapun menjadi salah satu Qarun yang serakah.
Biasanya hanya lubang kubur dan kain kafan yang akan menghentikan keserakahan seseorang. Ketika nafas sampai tenggorokan barulah manusia serakah akan menyadari
Bahwa didunia ini tidak ada yang abadi yang abadi hanyalah Allah semata – mata.
Semoga kita tidak termasuk manusia yang serakah.

BELAJAR MEMAHAMI PERASAAN ORANG LAIN


Belajar memahami perasaan orang sebenarnya bukan masalah yang sulit. Namun justeru banyak perasaan orang yang terluka gara – gara orang lain yang tidak memiliki Tinimbang rasa. Terkadang ada kata – kata yang menurut kita biasa – biasa saja. Namun bagi orang lain justeru menyakitkan. Terkadang ada hal – hal yang seharusnya dirahasiakan, namun kita bicarakan ditempat umum. Terkadang tanpa perasaan kita membicarakan baju orang lain, potongan rambut orang lain, gaya dan tingkah orang lain. Terkadang dengan seenaknya kita mengganti posisi orang lain, hanya orang bersangkutan kita anggap tidak mampu. Terkadang dengan seenaknya kita membentak dan memaki orang lain tanpa tedeng aling – aling. Kita sama sekali tidak perduli dengan perasaan orang lain. Apakah sakit hati ataukah tidak. Apakah benci ataukah tidak. Kita sama sekali enggak perduli.
Dengan belajar memahami orang lain, sebenarnya kita belajar memahami diri sendiri. Apa yang kita inginkan, adalah hal yang sama diinginkan oleh orang lain.