Kamis, 13 Juni 2013

PERKENALAN SAYA DENGAN MUHAMMADIYAH



Awalnya saya kenal dengan Muhammadiyah, adalah ketika saya mulai masuk kelas I SMA Muhammadiyah 2 di Teluk Lerong Samarinda Ulu. Ketika saya SD dan SMP saya belum kenal dengan Muhammadiyah. Bahkan dulu waktu saya masih tinggal  di Bontang, ketika masih SD, saya ingat sebuah kejadian di sebuah Langgar didekat rumah yang kami sewa. ketika itu kami sedang asik berkumpul di Langgar ( biasa anak - anak kecil ), tidak lama datang seorang anak muda ( berusia sekitar 20 tahun ). ia kemudian menyalami kami satu - satu. beliau tanyakan kami kelas berapa. Tinggal dimana. Apa  cita - cita kami. kemudian dia bercerita tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Tidak lama kemudian orang itu pergi. Taklama berselang, ustadz yang biasa menjadi Imam di langgar kami menahan kami pulang sehabis Isya. Beliau berkata untuk tidak lagi menemui orang tadi. Jangan dengarkan ceritanya. kalau bisa jauhi sejauh-jauhnya. kami tanya kenapa. bilang beliau, sudahlah kalian tidak perlu kenapa. Yang perlu kalian ketahui adalah, kalau itu orang Muhammadiyah. Orang Muhammadiyah itu kalau meninggal tidak masuk surga, karena tidak mau di Talqin dan tidak mau di Selamati kematiannya. Pada saat itu, dengan logika anak kecil, ya kami terima saja. Itulah pertama kalinya saya mendengar Nama Muhammadiyah.
Sejak itu lama saya tidak mendengar nama tersebut, sampai saya kemudian masuk kelas I SMA Muhammadiyah di Telok Lerong. Dan itulah proses awal saya mulai kenal dengan Muhammadiyah.
Ketika pertama kali masuk, kami kemudian dimasukkan kedalam pengurus Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMA Muhammadiyah 2 Samarinda. Ketika liburan semester, saya bersama 4 orang teman saya, mengikuti Latihan Kepemimpinan Khusus Pelajar se - Kota Samarinda. Tempatnya di SMK Muhammadiyah 2 Samarinda. Pesertanya berasal dari berbagai sekolah tingkat SLTA yang ada di Kota Samarinda.
Saya ingat benar, waktu itu Master Of Training-nya adalah Bapak Slamet Bachtiar, Sm.Hk, kemudian ada juga Ali Akbar, Idham Chalid, Astuni dan Sofyan Djaffar. Itulah pertama kali saya kenal dengan dinamika Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi otonomi Muhammadiyah.
Sejak saya itulah saya kemudian terlibat terus menerus di IPM. Habis dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah SMA Muhammadiyah 2 Samarinda, saya kemudian naik ke Tingkat Pimpinan Cabang IPM Samarinda Ulu bersama : Syahran, Hamzah, Sudarno, Ana Susiah, dan lain - lainnya. Waktu itu Pimpinan Daerah IPM masih almarhum Ahmad Maulidin. seorang pemuda yang sangat kreatif dan cerdas. disamping menjadi ketua, Ahmad juga seorang wartawan di Koran ManuntunG. Namun sayang usianya pendek, dia meninggal di usia yang sangat muda.
Ketika Pimpinan Daerah IPM Kota Samarinda melaksanakan Musyawarah Daerah, naiklah saudara Sudarno sebagai ketua, dengan sekretarisnya Ana Susiah. Sedangkan saya menjadi Ketua Departemen Perkaderan.
Ketika lulus dari SMA Muhammadiyah 2 Samarinda, saya kemudian masuk di STIE Muhammadiyah Samarinda. Di Kampus ini, lagi - lagi saya bersama Ahmad Aznem, Damingun dan Sudarno disuruh merintis Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Perjalanan keorganisasian saya terus berlanjut ke tingkat Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Kota Samarinda. Kemudian lanjut ke Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) IMM Kaltim bersama Masykur Husaini, Nur Wahid, Amin Nasrullah. Sedangkan di Kampus, saya sendiri bersama Safwan Halim dan Mansyur naik ke pentas Senat Mahasiswa STIE Muhammadiyah Samarinda.
ketika itu tahun 1997 s.d. 1998 adalah tahun - tahun penuh pergolakan mahasiswa se - Indonesia. saya pun terlibat aktiv bersama teman - teman dari SEMA perguruan tinggi negeri dan swasta dalam arus reformasi yang semakin lama semakin menggelora.
ketika eforia 1998 berlalu, saya kemudian kembali aktiv di IPM dan IMM. namun karena ke-asyik-an saya di Organisasi sehingga kuliah saya acak - acakan. alias macet. sampai - sampai saya harus mereset dua kali. dari semester 1 sampai 3 lancar. 4 dan 5 error, sehingga saya harus mengulang lagi 4 dan 5. begitu pula dengan 6 dan 7. harus reset dua kali. ketika di semester 7 , saya mau menyusun skripsi. tiba - tiba gelora suksesi kembali terjadi. sehingga saya kembali sibuk di Parlemen Jalanan.  skripsi saya tertunda terus. kemudian tahun 1999 saya di "Paksa nikah" oleh temen - temen di Ortom. Rombongan Bapak - bapak Muhammadiyah seperti : " Bapak Arifin Idris, SE, Ngadimun Badrie, SE, Ahmad Dimyati, SE, sedangkan teman - temen dari ortom seperti : Irfan AM, Azis Muslimin, Ahmad Aznem, Suwoko, Damingun. Meluruk melamar ke rumah Candra Ivony calon isteri saya waktu itu. Walaupun acara lamaran itu terkesan disambut dingin oleh Ibu mertua ketika itu. Namun alhamdulillah dengan segala bantuan dan dukungan teman - teman, akhirnya acara nikahan kami berjalan dengan baik dan lancar.
kemudian 1 tahun kemudian anak pertama kami lahir, tahun kedua anak kedua, dan tahun ke empat anak ketiga. gara - gara sibuk mengurus bayi - bayi kami, akhirnya saya dan isteri sudah tidak terpikir lagi melanjutkan kuliah. 

BERWISATA LAGI KE PANTAI



Tanggal 25 – 26 Mei 2013
Saya, isteri dan 2 anak kami ( Farhan dan Raihan ) meluncur kembali ke Marangkayu. Kali ini kami mengambil jalur Muara Badak. Ternyata lebih enak lewat Muara Badak. Jalanannya mulus. Yang bikin mules Cuma beberapa tempat aja. Itupun karena memang belum diperbaiki aja. Alasannya masuk akal, kalau diperbaiki, termasuk jalur padat lalu lintas. Jadi yah enggak tahu kapan diperbaikinya. Dari segi waktu, juga selisih sekitar 17 menit dibandingkan kalau lewat jalur arah Samarinda – Bontang, kemudian masuk lewat Portal.
Tidak sampai 2 jam kami sudah sampai di rumah keluarga, untungnya cuaca cukup mendukung. Sehingga tidak harus berhujan ria.
Setelah menginap semalam, sekitar jam 10 pagi kami pun meluncur ke Pantai Biru Desa Kersik ( untuk ke sekian kalinya ). Namun nasib kami kurang beruntung, karena kebetulan air laut lagi surut. Yang ada, orang – orang bukan lagi sibuk berenang, tetapi sibuk mencari Kerang. Ya sibuk mencari kerang. Banyak ibu – ibu dan anak – anak menyisir pantai menenteng ember dan membawa parang. Namun dasar anak – anak saya hobby-nya pantai. Ya tetap aja nyebur. Termasuk saya juga ikut nyebur. Sedangkan isteri saya ikut – ikutan mencari kerang.
Siang jam 12.00 kami kembali ke rumah keluarga untuk berpamitan. Ternyata disuruh makan siang dulu, tepat jam 13.00 kami barulah kami meluncur pulang. Pulangnya pun kami lewat jalur pantai Muara Badak. Ketika sampai di jalur mau keluar dari portal muara badak, gir saya tiba – tiba loss. Alias matanya gir udah pada gundul. Astaga akhirnya KO juga tuh Gir. Setelah berjuang sekitar 7 gunung, baru menemukan bengkel. Itupun tidak ada jualan gir. Terpaksa akhirnya, rantainya saja yang dikencangkan. Dan lucunya, motor itu pun melaju kencang lagi sampai kerumah kami di Loa Janan. Alhamdulillah.

PENTINGNYA REFRESHING BAGI SISWA DIDIK



Kadangkala kita menemukan fakta dilapangan, adanya Pemimpin Lembaga Pendidikan yang menganggap jalan – jalan ke Pantai atau ketempat wisata tidak penting. Alias buang – buang uang saja. Pekerjaan yang bikin capek, sumpek dan mengundang bahaya. Namun fakta dilapangan, juga menunjukkan, bahwa orangtua dalam mencari lembaga pendidikan, menjadikan salah satu factor memasukkan anaknya adalah factor “Pernah nggak karyawisata ke Pantai atau ketempat Wisata para siswanya ? “ makin keren karyawisatanya, makin tinggi animo orangtua memasukkan ke sekolah tersebut.
Tapi memang anggapan tersebut hanya 50 persen saja, tapi ya tetap saja ada orangtua yang memiliki pemikiran seperti itu. Refreshing itu penting bagi kesehatan mental para siswa didik. Anda bayangkan aja betapa stress-nya anak – anak kita di kelas. Dijejali dengan berbagai macam ilmu, doktrin, ajaran dan keterampilan. Tanpa ada refreshing sama sekali. Bayangkan aja sendiri. Yang ada dikelas ya wajah – wajah jenuh, stress dan sumpek.
Oleh karena itu refreshing menjadi sangat penting.