Kamis, 24 November 2016

TAHUN KE - 10 daripada BLOG YANG SAYA yang BIASA - BIASA SAJA

Add caption
hari ini saya membuka blog saya, dan tersadar kalau ternyata Blog saya sudah berusia sepuluh tahun. Dan tulisan - tulisan pribadi saya ternyata lumayan banyak juga. Namun walau tulisan lumayan banyak, saya justeru bukan kategori blogger aktif. Dan pihak Google Ads pun belum menyetujui untuk monitize blog saya. Alias Blog saya belum menghasilkan "TELUR EMAS"-nya. Tulisan - tulisan saya pun masih biasa - biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Ibarat punya kebon, tapi belum ada menghasilkan apapun. Mudah - mudahan ke depannya bisa saya perbaiki lagi. Amin.3x.

Jumat, 18 November 2016

Jalan Panjang Menuju Perubahan

By : Muhammad Yusni

Kalau kita menerima Demokrasi, maka konsekwensinya adalah kita harus bisa menerima perbedaan. Yang namanya duduk sama – sama dengan berbeda – beda tabiat, sifat, sikap, pendidikan, status, jabatan dan sebagainya, ya harus siap. Inilah Republik Indonesia. Kita sudah sepakat menerima demokrasi sebagai pilihan politik, maka kita harus menerima kenyataan, munculnya beratus – ratus parpol, aliran dan berbagai macam paham dan kelakuan. Ya kita harus menerima semua itu.
Kalaupun kemudian di DPR ada yang baik dan buruk. Ada yang Alim dan ada yang korupsi. Ya itu sebuah konsekwensi. Khan tidak semua orang yang baik, idealis dan taat beragama yang masuk ke meja leglislatif. Dengan sistem yang ada sekarang alias suara terbanyak justeru membuka peluang bagi yang duitnya banyak dan mampu untuk menjadi pemenang suara terbanyak. Tidak perduli si punya uang tadi alim atau tidak. Pintar atau tidak. Bijak atau tidak. Yang penting dia mampu dan membiayai kampanye, bisa mengerahkan banyak tim sukses. Bukan tidak mungkin orang yang ber-uang justeru yang menang. Sementara Caleg seperti saya yang benar – benar calon dari kelas bawah, sama sekali tidak punya uang dan modal.
Jika dihitung – hitung barangkali harta saya bisa dihargai dibawah 10 juta, dibandingkan dengan Modal calon – calon yang bermodal, saya jelas kalah jauh. Tapi yang membuat saya nekad maju adalah, saya fikir saya juga manusia yang seperti mereka tadi. Mereka makan nasi, saya juga makan nasi. Mereka minum air putih saya juga minum air putih. Mereka masuk kemesjid lepas sandal, begitu pula saya.
Kenekadan saya maju adalah sebuah keinginan untuk menunjukkan kepada masyarakat terutama rakyat akar rumput. Para pemulung, para penjual kaki lima, para pedagang emperan, para pendorong gerobak, pengemis, pelayan dan para tukang sapu, bahwa rakyat juga bisa maju tanpa modal dan uang. Saya yang berasal dari kelas bawah, dulunya adalah tukang sapu di Akper Muhammadiyah, tukang bikin kopi di STIE Muhammadiyah. Kalau enggak percaya silahkan tanyakan sendiri. Salah satu saksi yang masih hidup adalah mister Budi Nursalim, Pemred Ekstrem, yang cukup lama mengenal saya. Atau mas Syaukani AE. SE caleg nomor 2 dari Partai Matahari Bangsa Dapil Samarinda, juga adalah saksi hidup, karena saya dan beliau sama – sama kerja di Akper Muhammadiyah. Saya jadi tukang sapu, beliau jadi sopir bis.
Perjalanan hidup saya benar – benar merangkak dari bawah. Ketika SMA saya ikut teman mengepel dan menyapu di RS Umum ( yang kebetulan pada saat itu Direkturnya masih dr. Jusuf SK ). Nebas rumput dirumah – rumah dokter. Bahkan jadi pemulung besi tua. Kemudian ketika lulus SMA, saya lalu mencoba usaha pembuatan mainan anak – anak TK, berlanjut kemudian kerja di Akper Muhammadiyah menjadi tukang sapu dan bikin Teh bagi para dosen dan karyawan. Malam hari saya dan isteri membuka kantin di STIE Muhammadiyah sambil membuatkan kopi bagi dosen.
Saya dan keluarga lama tinggal menumpang di Asrama STIE Muhammadiyah, hidup dalam keadaan serba kekurangan dan ketiadaan uang. Sampai akhirnya kami disuruh keluar dari sana. Dengan tanpa kerja dan tanpa tempat tinggal, kami sempat menumpang tinggal beberapa hari di Rumah mertua. Sampai akhirnya saya diterima kerja di SMP Muhammadiyah 2 sebagai karyawan dan menyambi sebagai kebersihan. Dan Alhamdulillah sampai sekarang saya masih berkerja di tempat tersebut.
Mengapa semua ini saya ceritakan, bukan mau membuat anda simpati. Tetapi saya mau sampaikan bahwa, jika kita ingin berubah, maka harus terus mencoba dan terus mencoba untuk merubah nasib. Sebagaimana pesan Seorang Ibu Angkat saya, Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya.
Karena itu saya berfikir, kalau kita merasa kesal dengan orang – orang yang mengkhianati amanat kita sebagai wakil rakyat, kenapa enggak kita sendiri yang maju. Kalau kita jengkel lalu pergi meninggalkan gelanggang, maka yang naik jelas bukan orang – orang yang memiliki kepedulian pada rakyat, nama rakyat justeru Cuma dijadikan bahan jualan. Ya seperti teriakan tukang kerupuk, “ Rakyat – rakyat, seribu tiga, seribu tiga.”
Karena itu saya ketika pernah dalam suatu kesempatan seminar yang membahas tentang rakyat, saya sempat sewot karena istilah rakyat. Ketika mahasiswa berteriak tentang kepentingan rakyat, maka pertanyaannya rakyat yang mana ? Rakyat yang mana sebenarnya yang kita bela. Bukankan para pejabat yang koruptor termasuk jajaran istilah “ Rakyat “. Lalu rakyat yang mana sebenarnya yang kita bela ? Yang kita wakili ?
Ketika Pejabat bicara atas nama rakyat, ketika para caleg bicara atas kepentingan rakyat, ketika pemerintah atas nama rakyat, maka lalu rakyat harus mengatasnamakan atas nama siapa ?
Seorang sahabat saya dari salah satu Parpol dalam sebuah acara silaturrahmi yang kebetulan mantan Demonstran 98 menjawil saya dan berkata : “ Kemana aja ikam ( kamu ), orang yang menikmati hasil reformasi, kok ikam kada umpatan ( enggakikutan ) menikmati, Yus.”
Waktu itu saya Cuma senyum – senyum. Ia ya….. tapi saya yakin, saya dan teman – teman saya yang sama – sama berlumuran keringat, darah dan airmata di Tahun 1998, sama sekali tidak punya niat ketika itu untuk mengejar balasan setimpal. Kami berjuang murni berjuang, bukan karena terpikir dapat apa atau insentif apa. Dan itu terbukti, hanya segelintir saja diantara kami yang kemudian bisa menikmati kue reformasi. Kebanyakan dari kami justeru hidup kembali ke tengah masyarakat. Karena itu, sekali lagi fakta bahwa kami benar – benar membela rakyat tanpa minta balasan. Kalaupun kemudian kini banyak orang yang menyalahkan mahasiswa yang menggerakan reformasi, karena setelah 10 tahun berjalan, sama sekali tidak ada perubahan. Semua yang diamanatkan oleh reformasi, semuanya tidak berjalan. Kita berjalan ditempat, kata seorang teman saya yang kini jadi tukang ojek.
Teman – teman mantan 98 yang berjuang lewat leglislatif seperti : Dwi Purnomosidhi ( PAN ), Sudarno SE ( PAN ) , Sudarno. SE ( PDIP ) dan lainnya. Ada juga yang lewat LSM kayak Ocha, Senci Han SK dan Cornelius Tuah. Saya yakin mereka semua tetap komitmen membela Rakyat.
Tapi yang namanya merubah nasib rakyat seperti membalik gunung, perubahan masih jauh, perjalanan masih panjang. Rakyat masih berada ditempatnya bersama seabreg permasalahannya.
Ironis memang.
Loa Duri, 1 Maret 2009

Bangganya Melihat Orang Yang Sukses

By Muhammad Yusni

Saya mengenal Andi Harun, sudah cukup lama, kami dulu sama – sama aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Beliau di Pimpinan Pusat, saya di tingkat Pimpinan Cabang. Bertemunya disalah satu arena perkaderan. Beliau sebagai Master, saya sebagai Panitia. Kemudian beliau menikah dengan Saudari Rinda, semenjak itu karir beliau menanjak terus. Sampai akhirnya beliau menjadi Anggota DPRD Kaltim. Pada saat pelantikannya saya mengucapkan syukur, ternyata dari Angkatan Muda Muhammadiyah ada yang jadi Anggota DPRD, semoga bisa membawa kepentingan Rakyat, khususnya kepentingan rakyat Muhammadiyah.
Sebagai seorang teman, saya termasuk yang bangga dan senang. Dan syukurlah selama beliau menjadi anggota DPRD, tidak pernah sekalipun saya meminta Uang untuk kepentingan pribadi saya. Itu memang saya tanam dalam diri dan keluarga saya, agar jangan memanfaatkan teman yang lagi sukses, alias meminta uang. Kecuali dikasih baru diterima. Kita harus tetap bersikap sebagai seorang teman yang baik.
Begitu pula ketika karir beliau mengalami goncangan, saya tetap berkunjung bersilaturrahmi kerumah beliau, untuk menunjukkan kepada beliau, bahwa masih ada teman atau mantan teman, terlepas kunjungan saya dianggap atau tidak dianggap.
Mengenai duit tadi, hal yang sama juga saya lakukan ketika Naiknya Pak Dokter H. Andi Sofyan Hasdam, ketika banyak teman – teman lain meminta uang ke beliau, saya memilih menahan diri. Saya malu, takut nanti kalau saya dianggap tidak tahu malu. Pada hal saya dengan beliau, ketika masih di Samarinda, masih buka praktek di Gelatik, sering saya berkunjung untuk sekedar bertanya atau dialog tentang nasib Rakyat Indonesia. Tapi waktu itu dalam konteks, beliau sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim, sementara saya waktu itu Aktivis Mahasiswa Muhammadiyah Samarinda.
Termasuk ketika Isteri saya ditahan di Rumah Sakit Aisyiyah setelah melahirkan anak yang kedua, karena tidak mampu membayar biaya persalinan, orang yang pertama saya temui, ya Pak Dokter. Sayangnya waktu itu, kewenangan Aisyiyah di Tangan Ketua PW Aisyiyah Kaltim, sehingga beliau hanya bisa menyarankan agar saya langsung saja ke ketua Aisyiyah.
Semenjak beliau naik jadi Walikota Bontang, tak sekalipun saya meminta uang atau mengajukan proposal atas nama pribadi, demi menjaga hubungan tadi. Terlepas Pak Dokter tadi masih menganggap saya atau tidak. Entahlah, apakah beliau masih ingat dengan wajah saya. Mengingat beliau kini adalah salah satu tokoh Muhammadiyah yang kini telah menjadi milik masyarakat Bontang.


Rabu, 31 Agustus 2016

SANG ZAMAN

Penulis : Muhammad Yusni

Setiap zaman memiliki keunikannya masing – masing. Generasi demi generasi manusia yang memiliki perbedaan kebudayaan, pengetahuan dan tingkat teknologi yang berbeda – beda. Masing – masing zaman telah menorehkan sejarah dan tingkat tamaddunnya.

Menurut para ahli sejarah ( entah benar atau tidak ) bahwa kemajuan manusia di zaman dahulu, pernah mencapai tingkat terhebatnya. Artinya: barangkali, apa yang sedang kita nikmati di zaman sekarang, dahulu pernah ada. Namun telah hancur seiring dengan perkembangan waktu. 

Kalau menurut para ahli agama ( entah benar atau tidak ) karena kemajuan teknologi yang luar biasa itu telah mengakibatkan ummat manusia menjadi takabbur dan merasa telah menyaingi Tuhan semesta alam. Sehingga Tuhan merasa perlu menurunkan cambuk azabnya memusnahkan kebudayaan manusia yang merasa sok tadi. Dan kalau kita buka – buka Kitab Agama, maka banyak firman – firman Tuhan yang menceritakan tentang bagaimana Tuhan menghancurkan beragam macam generasi demi generasi manusia yang lupa diri dan melupakan Tuhannya.

Dan banyak sekali bekas – bekas kehancuran kaum terdahulu di hamparan bumi yang kian menua. Peninggalan – peninggalan masa lalu ditemukan oleh para arkeologi dan ahli sejarah. Dan semua itu dikumpulkan di Museum – museum dunia, untuk dinikmati oleh para anak cucu kita, dan generasi yang akan datang. Barangkali suatu saat nanti diantara kita bahkan menjadi fosil yang akan dipelajari oleh anak – anak di masa mendatang. Masa dimana kita telah musnah ratusan tahun yang lalu.

Dan semua itu, hanya sang zaman yang akan tetap ada. Zaman ada sebuah elemen yang menjadi ruang dimana semua perubahan terjadi dari masa ke masa. Dari tahun ke tahun. Dari dasa warsa ke dasa warsa. Dari abad keabad.

Pertanyaannya adalah, sehebat apakah zaman sekarang ini ? Zaman terdahulu dan zaman yang akan datang. Apakah setelah zaman kita sekarang ini, dunia akan hancur ? Apalagi dengan bayang – bayang akan terjadinya Perang Dunia ke III ? Perang yang di sebut dengan nama The Armageddon War ? Zaman yang pernah diramalkan oleh Nabi Muhammad sebagai zaman kemunculannya Dajjal ? Dajjal yang merupakan symbol kejahatan terbesar di muka bumi. Makhluk yang konon diciptakan sudah ada sejak zaman dulu. Namun diasingkan di sebuah pulau terpencil, dalam keadaan terbelenggu rantai. Dan konon katanya para pengikutnya di seluruh dunia telah mempersiapkan kemunculannya.

Zaman kemunculan dajjal ini adalah zaman di mana kehancuran moral dan mental manusia terjadi dimana – mana. Fitnah terjadi dimana – mana. Surga dikira neraka dan neraka di kira surga. 

Selasa, 31 Mei 2016

PERGINYA SANG SESEPUH PCM LOA JANAN


By : Muhammad Yusni 
( Mantan Sekretaris PC Muhammadiyah Loa Janan Periode 2010 – 2015 )

Add caption
Sebuah sms masuk ke handphone saya tadi pagi. Isinya singkat dan padat. Sms tersebut berasal  dari Pak Ustadz Nurhidayah ( Guru SMK Muhammadiyah Loa Janan ). Tidak lama kemudian handphone saya berdering, ternyata dari Pak Adhie Irawan S.Kom ( mantan sekretaris eksekutif Majlis Dikdasmen PDM Samarinda ).  Dua – duanya menginformasikan hal yang sama tentang Berita Duka dari Desa Loa Duri. Mantan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Loa Janan Bapak Haji Maqbul Jailani telah berpulang ke Rahmatullah pada pukul 4.30 subuh dini hari.
Siapa yang tidak kenal beliau ? hampir Mayoritas masyarakat Loa Janan mengenal beliau, khususnya warga Desa Loa Duri Ilir. Seorang yang sederhana, murah senyum dan senang membantu siapa saja. Beliau seorang usahawan yang cukup lama malang melintang. Mulai dari usaha jual beli motor, sampai menjadi kontraktor bangunan.
Saya mengenal beliau sejak tahun 2006, saat dimana saya mulai mengajar pada tahun – tahun awal perkembangan SMK Muhammadiyah Loa Janan. Pada saat itu beliau menjabat Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Loa Janan. Beliau sering bergurau dengan saya bahwa PC Muhammadiyah Loa Janan itu adalah PCM Bondo nekat. Nekat – nekatan aja berdirinya. Ketika itu Perguruan Muhammadiyah yang berdiri barulah TK ABA, kemudian SMA Muhammadiyah Loa Janan kemudian disusul berdirinya SMK Muhammadiyah Loa Janan.
Beliau kalau yang berhubungan dengan kepentingan ummat sangat keras dan nggak mau tawar – tawaran. Di masa – masa kepemimpinan beliau lah , pondasi perguruan Muhammadiyah Loa Janan mulai didirikan.
Kadangkala di saat – saat santai, saya sering menanyakan tentang cerita masa lalu, maka beliau pun dengan bersemangat bercerita. Dari sanalah saya pelan – pelan mendapatkan kerangka kisah awal dirintisnya Muhammadiyah di Loa Janan. Kalau kita menggunakan kata Pendiri Muhammadiyah, saya fikir tidak tepat, mengingat Pendiri Muhammadiyah ya Ki Ahmad Dahlan. Tetapi kalau menggunakan istilah Perintis mungkin baru tepat. Dan Pak Haji Maqbul Jailani termasuk salah satu Perintis Muhammadiyah di Loa Janan dari tahun – tahun awal ( kronologis dirintisnya Muhammadiyah bisa di baca di Buku Penulis berjudul : Jejak Muhammadiyah di Kukar ).
Cerita tentang beliau, mungkin akan berbeda – beda pada masing – masing person yang pernah bersama beliau, entah itu sama – sama di Pengurusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Loa Janan seperti yang saya alami, mungkin antara pimpinan dan bawahan. Mungkin antara sesama tetangga. Atau mungkin sesama rekan bisnis. Atau kebersamaan dalam keluarga besar beliau.
Hampir sebagian besar penduduk Loa Duri yang bertakziah di rumah duka saya kenal dengan baik. Mulai dari Mantan Kepala Desa, sesama pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah. Guru – guru SD – SMP dan SMK Muhammadiyah Loa Janan. Para Tetangga. Para pejabat penting di Desa Loa Duri ilir. Pihak Keluarga. Sedangkan dari Pengurus Wilayah Muhammadiyah Kaltim yang hadir seperti        Ir. Amir Hadi, Ustadz Arifin Suparman, Bapak Drs. Wahadi , berserta rombongan yang lain. Semua berdatangan ke rumah duka.
Pada saat proses pengurusan jenazah saya melihat sebuah keindahan yang harmonis tentang kerjasama dua ormas besar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan NU. Semua tahu kalau yang meninggal adalah seorang tokoh Muhammadiyah loa janan, namun saya melihat dari kalangan NU pun turut membantu bersama – sama warga Muhammadiyah, mulai dari memandikan, mengkafani, bahkan mensholatkan beliau pun di Mesjid milik warga NU. Artinya : Haji Maqbul Jailani, bukan tokoh milik Muhammadiyah saja, namun juga milik seluruh Ummat islam yang ada di Loa Duri – kecamatan Loa Janan.
Kalaupun ada hal – hal yang kurang berkenan bagi orang tertentu selama beliau masih hidup, saya fikir tergantung pada konteks apa ketika hal tersebut terjadi. Karena semua perselisihan, perbedaan pendapat, atau apapun namanya, adalah warna kehidupan.
Salah satu kejadian yang sempat penulis alami antara lain, seperti kejadian “Kasus Talang SMK Mu”. Secara guyon saya bercanda dengan Almarhum. Saya katakan begini waktu itu : “ Pak Haji, saya tidak mau pas kita di tanyai di dalam kubur, salah satunya adalah masalah Talang Atap SMK Mu yang bikin resah.” Saya dan beliau ketika itu tertawa terbahak – bahak.
Apapun ceritanya, mudah – mudahan perjalanan beliau menuju Rahmatullah dilapangkan oleh Allah, dimudahkan kalau perlu diringankan. Kami yang ditinggal, mudah – mudahan masih bisa melanjutkan perjuangan beliau memakmurkan Islam, khususnya Muhammadiyah di Loa Janan.
Kamis, 26 Mei 2016. The Loa Ranten Village.


Selamat Jalan Pak Haji Maqbul Jailani
 

Senin, 25 Januari 2016

Wisuda menjadi Ayah yang ke 4

Alhamdulillah, pada hari jum'at tanggal 21 Januari 2016 jam 4.28, saya kembali di wisuda menjadi seorang ayah bagi seorang anak perempuan Ras Asia dengan percampuran suku banjar - dayak kapuas - jawa.
rasanya ya campur aduk, apalagi dengan usia saya dan isteri yang sudah kepala 4. menjadi tantangan tersendiri dalam melahirkan lagi. Namun syukur Alhamdulillah, isteri saya masih mampu melahirkan. Mulai jam 11 malam dan pada akhirnya jam 4.28 hampir mendekati sholat shubuh, anak saya berhasil dilahirkan.

prediksi seharusnya anak saya tersebut lahir antara februari akhir ke awal maret 2016. namun ternyata perhitungan tersebut salah. akibatnya ketika kamis kami kontrol ke bidan, maksudnya cuma mau kontrol, ketika di periksa oleh staft Bidan ternyata isteri saya sudah pembukaan tiga, akibatnya langsung disuruh menginap. hampir semua perangkat bayi dan isteri melahirkan belum ada sama sekali. Mulai lampin, popok, bedak semuanya belum ada. benar - benar panik. termasuk uang saya cuma tinggal 10.000..... tapi saya nekad saja. biarlah, yang penting Allah lebih tahu kebutuhan hambanya.

dan benar saja, perlengkapan bayi akhirnya datang langsung dari ipar kami. pinjaman uang pun datang. Dan Alhamdulillah akhirnya si Bayi bisa pulang ke rumah kami dengan selamat. Maha suci Allah dengan segala firmanNya.
Samarinda 21 Januari 2016.