Sabtu, 30 April 2022

CATATAN PERJALANAN PULKAM PASCA CORONA 2022

 PENULIS : M.YUSNI.MS

Memang belum ada satu pengumuman pun tentang Corona Disaster dari Pemerintah Indonesia, bahwa kondisi di Indonesia sudah benar benar lepas dari wabah tersebut. Berita – berita tentang kasus Corona masih terdengar. Namun saya sudah bertekad bulat untuk pulang kampung ramadhan ini. Saya sudah ainul yaqin memutuskan untuk pulang. Sendiri atau pun bersama isteri dan anak anak. Masalah pulang kampung ini sudah juga saya diskusikan dengan mantan Pacar saya dirumah. Kayaknya dia nggak minat sama sekali untuk ikutan pulang kampung. Alasannya sih masuk akal, dia tidak mau jauh – jauh dari Samarinda, karena harus mengawasi dan mengontrol kondisi ibunya yang juga sudah renta. Kalau anak – anak yang mau ikut cuman satu, yaitu si bontot yang imut, Putri Syabila ( 7 tahun ). Pengen banget ikut. Tapi masalahnya si Mami nggak kasih ijin. Kecuali mami ikut baru Syabila juga ikut. Awalnya si Putri pertama mau ikut perjalanan ini. Namun lagi – lagi terkendala masalah vaksin. Karena dia sampai sekarang belum di vaksin sama sekali. Jadi takut – takut kalau mau ikutan pulkam. Akhirnya, jadilah saya yang berangkat pulang sendirian.

Awalnya saya mau berangkat tanggal 24 April 2022, gegara menunggu THR yang belum ada khabar, bahkan muncul isyu THR akan dibayarkan Pasca Hari Raya. Isyu ini sempat memunculkan komentar dan kericuhan di kalangan PNS dan Tenaga Honorer seperti saya. Karena belum ada juga kepastian, akhirnya saya memutuskan untuk “Meminjam dana” kepada salah satu Donatur. Dan Alhamdulillah saya pun mendapat pinjaman lunak.

Ketika saya mau berangkat dari rumah, saya berfikir, pasti terminal bis ini penuh dengan para pemudik, penuh dengan para calo, penuh dengan para pengantar dan sebagainya. Belum lagi nanti pasti ada pemeriksaan surat Vaksin dan boster. Dan banyak lagi hal hal negatif lainnya. Ternyata saya kecele. Karena begitu saya turun di depan terminal bis Sungai Kunjang, kondisi normal seperti hari – hari biasa. Tanpa pemeriksaan apapun. Saya beli tiket bis pun biasa saja, nggak pake antrean dan nggak pake lama. Cuman memang, ternyata bis jam pertama sampai jam 4 sudah penuh. Tinggal bis jam 18.00 yang tersisa. Artinya saya harus menunggu selama 4 jam di terminal. Mati Wolanda ! kata saya.

Tapi saya nggak kehabisan akal, karena terminal tidak jauh dari Bigmall, maka saya memutuskan untuk ngabuburit di Pusat Perbelanjaan terbesar di Samarinda tersebut. Jalan – jalan, muter-muter, lihat – lihat berbagai barang yang dijajakan disana. Sampai saya juga sempat nonton di XXI – kebetulan lagi ditayangkan film terbaru yaitu : ....

Tepat jam 16.20 saya meluncur kembali ke Terminal Bis Sungai Kunjang. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Bis saya pun tiba. Dan saya sempat khawatir kalau bisnya sudah lansia, ternyata yang datang masih muda belia. Bisnya masih baru. Dan juga sudah memiliki fasilitas WC didalamnya. Dan yang kerennya lagi full musik dan ada colokan hape diatas kepala semua penumpang. Ini baru mantap. Hape saya bakalan on terus. Karena bagi manusia di zaman milineal ini, hape jangan sampai mati, karena begitu pentingnya hape bagi komunikasi, hiburan dan informasi.

Tepat pukul 18.00, si Abang Sopir langsung menghidupkan mesin dan memulai perjalanan kami yang bakal kami tempuh selama berjam – jam kemudian.

Bismillah – ucapku dalam hati. Setelah hampir 5 tahun nggak pernah pulang kampung, akhirnya aku bisa pulang juga, kayak orang – orang lain.

Bis melaju santai menuju kota pertama yaitu Balikpapan. Kami pun melewati Jalan tol yang sudah mulai di operasikan di Kaltim. Ternyata hanya sekitar 1 jam lebih saja kami sudah sampai di Karang Joang Balikpapan. Kemudian lanjut menuju ke kapal Feri penyeberangan di Kariangau Balikpapan. Karena memang untuk melanjutkan perjalanan, kita harus menyeberangi teluk Balikpapan dengan diangkut menggunakan Feri ke PPU ( Panajam Pasir Utara ) yang saat ini lagi Viral di Indonesia.

Setelah sekitar 30 menit, bis akhirnya turun ke darat dan melanjutkan perjalanan menuju Banjarmasin. Saya pun membayangkan perjalanan yang panjang dan berliku. Karena memang seperti itulah perjalanan dari PPU menuju ke Tanah Grogot. Disini kelihaian Bis Sopir Banjar diuji. Dengan ukuran jalan yang sempit dan kecil. Bis yang besar besar. Jalur yang meliuk – liuk, turun dan naik gunung. Tapi jarang terdengar ada bis yang keterusan masuk Jurang atau menabrak pemukiman. Padahal bagi saya kelajuan bis cukup tinggi. Ketika dua bis berpapasan itu hanya sejengkal saja.

Persinggahan pertama kali adalah di sebuah warung makan prasmanan. Disini Sopir dan Penumpang bebas memilih makanan. Bahkan bisa double – double. Sekitar 5 tahun lalu, saya sempat kecewa dengan warung makanan yang puluhan tahun berkerjasama dengan pihak pengusaha. Memang banyak orang yang sudah mengkomplainnya. Dengan makanan seadanya. Sudah disiapkan dan diatur jatahnya. Walaupun murah dan sederhana, maksud saya ya agak layak lah. Nah disini, di warung yang sekarang kami singgah ini, benar benar maksimal pelayanannya. Para petugas penyaji juga cepat dan cekatan. Hampir semua jenis ikan ada disana, kecuali kelompok hewan bersungut dan bercapit dari laut. Saya benar benar kekenyangan dan puas. Apalagi ketemu ikan papuyu besar yang di goreng.

Wih benar benar mantap. Sampai – sampai saya harus menetralisir kondisi perut saya yang kekenyangan.

Sekitar satu jam kemudian, bis kembali meluncur....

Ketika bis hendak mencapai KM 16, tiba – tiba kenalan saya di Bis bernama Pak Santoso berkata : “nanti kalau sudah tiba, bapak ikut saya aja ya. Saya di jemput mantu saya.”

“ Oke siap”, jawab saya.

Jadilah saya kemudian ikut beliau. Karena beliau ini kebetulan tinggal di Brangas Alalak. Ini adalah kampung kelahiran saya. Disinilah kampung dimana Kakek dan Nenek saya bermukim selama ini hingga sampai meninggalnya. Begitupun Paman2 dan bibi2 saya. Namun semuanya sudah almarhum, kecuali tinggal satu isteri Paman saya yang tertua, dan sepupu – sepupu saya sebagian masih ada di kampung ini.

Begitu sampai di Alalak, saya langsung menyempatkan diri ke kuburan Kakek saya M.Said di Samping mesjid Alalak. Saya sempat lupa posisinya. Namun berdasarkan feeling saya mengikuti suara hati, dan menemukan kuburan beliau yang nampaknya kurang terawat.

Sebenarnya ada satu lagi kuburan yang saya nggak ketemu, yaitu kuburan Paman paling Bungsu saya. Namun tidak ketemu. Jadilah saya akhirnya berdoa saja dikuburan kakek aja. inilah asal usul nama marga dibelakang nama saya. Saya sering menulis nama saya Muhammad Yusni bin MS. Jika orang – orang sibuk menulis nama gelar kesarjanaan, maka saya lebih bangga menuliskan nama – nama orangtua, Kakek dan dan Datu saya. Kebetulan nama mereka bertiga jika diringkas cukup dua huruf : MS. Namun itu memiliki tiga nama besar : Muhammad Sani bin Muhammad Said bin Muhammad Sa’ad. Makanya saya singkat MS dibelakang nama saya tersebut.

Setelah itu saya berkunjung kerumah bibi yang masih hidup. Namun dari kejauhan rumah tersebut nampak lengang dan sunyi. Begitu pula rumah besar dimana kakek dan nenek dulu tinggal bahkan kosong dan sunyi. Dalam kebingungan, akhirnya saya memutuskan untuk naik ojek kembali ke jalan raya.

Saya pun mencoba maxim, ketika sedang asik pencet – pencet, tiba tiba lewat bis Tayo, langsung saya stop, tapi lumayan jauh berhentinya, saya kejar sambil berlari lari dan langsung naik. Ini sejenis busway di Jakarta. Tetapi sedang masa uji coba sampai bulan Juni nanti 2022. Alhamdulillah Gratis. Bis ini nanti akan berhenti ke titik terminal pal 6 kata penumpang lain. Jadi akhirnya saya bisa menikmati keliling kota Banjarmasin.

Ketika kemudian bis memasuki terminal lama di Pal 6, saya langsung mencari minibus jurusan ke Kuala Kapuas. Alhamdulillah nemu. Tapi lumayan lama menunggu penumpang lain. Akhirnya Cuma dapat 3 orang, itupun kami disuruh nambah lagi. Ya udah, ketimbang nunggu lama – lama. Akhirnya saya putuskan untuk nambah ongkos.

Akhirnya saya melanjutkan ke Kota Kuala Kapuas. Kota Air.