Sabtu, 29 Maret 2008

QUO VADIS PERFILEMAN INDONESIA

Tahun 1990-an adalah tahun - tahun dimana mulai terpuruknya Filem Indonesia. Ketika maraknya stasiun TV Swasta, orang menjadi malas nonton ke bioskop. saya adalah salah satu manusia yang sempat menyaksikan terpuruknya perfileman kita. para artis layar lebar yang tadinya berkibar dengan gemerlapnya, langsung terbanting jatuh kelantai, mereka kemudian banyak yang beralih profesi. bahkan ada yang terpaksa ikut melakoni sinetron - sinetron picisan. sehingga yang tadinya antipati terhadap sinetron, justeru terpaksa ikut menjadi pelakon murahan demi mempertahankan reputasinya. disamping stasiun tv swasta yang menjamur, juga ditambah dengan peredaran VCD dan DVD berbagai filem dengan mudahnya ditemukan diemperan jalan. apalagi dengan kemajuan teknologi TV yang memiliki layar lebar sehingga dengan gampangnya nonton dirumah aja. jadilah gedung - gedung bioskop sarang hantu dan sarang berbagai setan malam. Di Samarinda, seperti Bioskop Kaltim, Bioskop Wira, Gelora dan sebagainya berguguran satu demi satu. yang saya tahu Pahariyangan adalah satu - satunya bioskop terakhir yang beroperasi. dan kini ditahun 2008, masih ada satu yang beroperasi di Samarinda Plaza yaitu studio twenty one. kalau melihat personelnya, kayaknya mereka berasal dari karyawan Pahariyangan. Ditahun 2008 mulai banyak lagi bermunculan filem Indonesia, yang mulai digandrungi generasi muda. sayangnya themanya masih seputar Cinta, Seks, dan Hantu. Belum ada filem yang benar - benar mendidik. Entahlah Filem Ayat - ayat Cinta, bisakah filem ini dianggap filem yang dianggap memiliki nilai sendiri. entahlah saya kurang tau.

Senin, 24 Maret 2008

PARTAI ANEH BIN AJAIB

Waktu mendengar berita beberapa Kantor Perwakilan RI mulai melakukan pendataan jumlah WNI di wilayah akreditasinya masing-masing, saya baru menyadari bahwa pemilu tak lama lagi. Tahun depan. 2009.
Kalau melihat jumlah parpol di Indonesia yang seabreg itu, AS jadi terlihat “miskin.” Setiap pemilu cuma dua parpol yang unjuk gigi. Meski tetap seru, tapi bagi saya serunya tak seperti di negara-negara lain yang punya banyak partai, bahkan memiliki partai-partai aneh bin ajaib yang kerap memancing kontroversi.
Ambil contoh Kanada. Di sana ada Partai Marijuana. Partai di tingkat federal itu bertujuan melegalisasi pemakaian cannabis. Di tingkat propinsi, ada Partai Marijuana British Columbia. Waktu mendengar partai itu bermarkas di Vancouver (kota terbesar di Propinsi British Columbia), saya tak heran. Orang-orang Kanada (khususnya Vancouver) merupakan orang-orang yang santai, rileks, dan ramah. Kadang a little bit hippy, mengingatkan saya pada generasi bunga pada tahun '70-an dengan celana cut bray, rambut panjang, wajah minus polesan kosmetik, dan keranjingan demo soal perdamaian sambil mengusung slogan: Make Love Not War.
Jika berjalan-jalan di sepanjang Robson Street (pusat keramaian di downtown Vancouver), jangan heran tiba-tiba membaui asap yang berasal dari lintingan ganja yang dihisap orang yang lalu lalang. Walau ilegal, polisi dan pemerintah tak terlalu ambil pusing jika ganja di pakai untuk konsumsi pribadi dalam jumlah kecil. Tak heran jika penduduk menanam cannabis dalam pot di apartemen dan rumah masing-masing. Ganja asal Vancouver juga disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia.
Selain partai ganja, Vancouver juga jadi markas Partai Seks (Sex Party). Partai itu didirikan tahun 2005 oleh seorang pemilik toko alat-alat seks. Tujuannya untuk mengembangkan sebuah budaya yang berpandangan positif terhadapa seks. Yang ditunggu-tunggu biasanya adalah acara pengumpulan dana parpol yang dimeriahkan oleh segala sesuatu yang berhubungan dengan seks, termasuk pameran seni erotis dan penampilan penari erotis.
Namun parpol-parpol asal Kanada itu belum apa-apa dibanding sebuah parpol edan asal Belanda. PNVD (Party for Neighborly Love, Freedom and Diversity). Tujuannya antara lain melegalisasi hubungan seks dan judi sejak usia 12 tahun, menghapuskan lembaga perkawinan, mengijinkan bugil di mana saja, dan melegalisasi pornografi anak-anak, sehingga partai ini dicemooh sebagai partai pedofil. Walau gagal ikut dalam pemilu 2006, PNVD bertekad akan mencoba keberuntungan lagi dalam pemilu mendatang.
Hebatnya, meski parpol-parpol edan itu banyak menuai kecaman dari berbagai pihak, tetap saja bertahan dan maju tak gentar. Apa mungkin itu yang disebut demokrasi? Atau democrazy?
Artikel diatas saya pungut dari :Bloggernita

Sabtu, 22 Maret 2008

PENYAKIT: PERINGATAN ATAU SEKEDAR PENGHAPUS DOSA

Sedikit sekali orang yang sadar setelah menerima penyakit bertubi - tubi dan berkepanjangan. Kebanyakan orang menganggap kena penyakit seperti penghapus dosa. tapi bagi saya Penyakit bukan sekedar penghapus dosa, tetapi peringatan bagi kita yang barangkali punya kelakuan, sifat atau sikap yang dianggap Allah Sombong, sehingga perlu diberi peringatan lewat penyakit. Susahnya yang namanya sombong itu tidak terdeteksi, jika orang berpenampilan sombong, angkuh dan merasa diri hebat pasti kelihatan, tapi kalau seorang Ustadz, penceramah atau bahkan Ulama, enggak kelihatan baginya. apalagi suka meremehkan orang lain, terkadang karena merasa diri benar, paling tepat sholatnya, paling benar hidupnya, paling benar tata caranya, sehingga menganggap orang lain jauh dibawahnya. bahkan menganggap orang lain sesat dan bodoh.
Dan sayangnya kok banyak orang seperti itu disekitar kita, bukankah kata Allah, Sombong itu PakaianKU, yang namanya manusia apa coba - coba mau sombong ? Mentang - mentang diri sudah sarjana, yang lain dianggap remeh, mentang - mentang sudah ulama dipanggil kemana - mana merasa hebat dan paling benar ? Jadi wajar saja, kalau ada Ulama atau ustadz yang terkena penyakit stroke dan sejenisnya, karena Allah memberi Peringatan, bukan sekedar penghapus dosa, bagaimana menurut anda ???