Jumat, 31 Juli 2020

NGOMONGIN TENTANG DILEMA KEMISKINAN

BY : MUHAMMAD YUSNI MS

Sebenarnya Indonesia ini masuk Negara dengan Rakyat masuk kategori apa ? Dibilang banyak orang miskin, mengapa kita marah - marah. Membanting kursi dan meja. Jangan sibuk menyalahkan kinerja Pemerintah. Pemerintah sudah maksimal membuat berbagai sistem pembangunan dan upaya mensejahterakan rakyat Indonesia. Dibilang rakyatnya kaya - kaya, loh banyak dilapangan kita temukan kenyataan yang pahit. Jadi sebenarnya dimanakah masalah kita ini ?

Sumber daya alam kita sangat luar biasa. Ada berbagai tambang. Mulai tambang emas, nikel, batubara, timah, gas dan minyak. Rasa - rasanya tidak ada negara yang memiliki keragaman sumber daya alam dan sumber daya hayati seperti Indonesia. Dibilang negara kecil, tetapi kita memiliki ribuan pulau. Dibilang negara besar, nggak juga. Lalu mengapa masih ada rakyat kita yang miskin dan kurang sejahtera ?

Kalau saya sih, nggak risau banget. Mengapa ? karena yang namanya kemiskinan adalah sebuah elemen yang pasti ada dalam pembangunan sebuah negara maju dan berkembang. Apalagi dengan sistem kapitalisme modern. Sebagian besar kekayaan dikuasai segelintir manusia. Ada trah jutawan, pasti ada trah masyarakat pekerja. Dan ada pula trah sudra atau trah masyarakat miskin.

Banyak sebab mengapa muncul rakyat miskin ini. Bisa jadi adalah sumber daya manusia yang lemah, tidak berpendidikan dan menganut paham syahwat lemah ( tidak ada semangat hidup untuk sukses ), hanya mengharapkan pemberian orang lain. Atau memang kalah dalam pertarungan perebutan pekerjaan atau sumber daya alam. Bisa juga mungkin kalaupun bekerja atau berpenghasilan, namun tidak mencukupi pengeluarannya.

Kelas Miskin ini akan sulit keluar dari lingkarannya, jika tidak dibantu oleh pihak lain yang lebih mampu. BIsa berbentuk bantuan, sumbangan, atau memperkerjakan mereka dengan gaji atau upah secukupnya. Namun masalahnya kelas orang miskin ini memang akan selalu ada, sebagai dampak dari perkembangan sebuah pembangunan. Mereka akan selalu ada dan tidak akan musnah.

Sejak zaman Nabi Muhammad hidup saja, orang miskin sudah ada. Bahkan orang miskin mendapat perhatian sangat luar biasa dari Nabi Muhammad. Tetapi orang miskin di zaman Nabi berbeda dengan orang miskin di zaman kita sekarang ini. Kalau orang miskin di zaman kita, justeru jauh berbeda masalahnya. Karena ada kemiskinan disebabkan oleh memang nggak punya pekerjaan atau harta benda atau modal. Kemiskinan yang disebabkan oleh malas berusaha. Kemiskinan yang dipaksakan, kemiskinan yang karena dirampok habis harta bendanya. Kemiskinan yang diciptakan sendiri, misalnya karena memang mau menyamar jadi pengemis atau gelandangan untuk mengundang rasa iba orang lain. Jadi banyak faktornya.

 

Namun Nabi selalu menginsyaratkan bahwa Tangan yang diatas selalu lebih baik daripada tangan dibawah. Artinya kemiskinan memang sebuah efek dari kehidupan, namun jangan lalu kita sengaja memiskinkan diri dan mengemis pada orang lain. Kira - kira itulah yang diisyaratkan oleh Nabi.

 

Kemiskinan adalah tanggung jawab kita semua, bagaimana cara mengentaskannya. Pemerintah dan para pemimpin pastinya punya program, cara dan solusinya. Hanya saja, pasti ada program yang berhasil dan ada juga terkendala dilapangan.

Contoh sederhana program BPJS. Menurut saya program ini sangat berhasil membantu masyarakat golongan yang tidak mampu. Saya sempat merasakan dampak yang sangat mengerikan dari “gara - gara tidak punya kartu BPJS”. Memang pada saat membayarnya kita kayaknya seperti berat sekali, dan banyak nada nada curiga lainnya. Intinya keberatan. Apalagi mendengar BPJS naik iurannya, banyak yang panas dingin dan meriang. Bahkan ada juga yang berhenti dari program ini karena tidak kuat bayar. Contoh saja iuran kelas III, sekitar 42.000 / orang. Kalau anggota keluarga 5 orang saja x 42.000 = 210.000 / bulan yang harus kita bayarkan. Yang anehnya kalau Rokok si Abah merk Magnum harga 20.000 x 30 hari = 600.000, sama sekali tidak merasa berat ya.

Saya adalah saksi hidup, bagaimana kartu BPJS ini sangat sakti jika ada keluarga kita yang sakit dan masuk rumah sakit. Selama hampir 10 hari di rumah sakit RSUD. AWS Samarinda, banyak hal yang saya pelajari dan saya menyadarkan saya, betapa mahalnya harga “Sehat” tidak sebanding dengan nilai iuran yang harus saya bayar setiap bulan. Saya sampai menangis berapa kali, yang saya tangisi bukan nasib saya atau nasib anak saya. Tetapi menangisi nasib bayi - bayi yang sakit dan terpaksa masuk di Ruang PICU. Dengan berbagai penyakit aneh dan baru saya dengar nama - nama penyakit tersebut. Mereka dibiayai dengan biaya dari Kartu BPJS. Gratis. Padahal saya sendiri sampai menganga mendengar rincian biaya rumah sakit dan pengobatan, belum biaya tenaga medis. Salah satu orangtua bayi sempat berkisah dengan saya, bahwa dia sudah hampir satu bulan di rumah sakit. Biaya anaknya sudah menyentuh diatas 50 juta. Tapi Alhamdulillah punya kartu BPJS. Bayangkan kalau tidak ada kartu BPJS, kemana mencari uang sebesar itu. Saya saja yang nggak pakai kartu tersebut cuma sekitar 10 hari, sudah sebesar kisaran 30 juta.

Begitu ada kesempatan, saya langsung mendaftarkan seluruh anggota keluarga saya ke BPJS. Ambil yang kelas III. Yang penting siaga, sebelum terkena musibah kesehatan lagi. Dan Alhamdulillah sekarang iuran BPJS saya dibayarkan oleh Pemerintah lewat Instansi tempat saya berkerja sebagai tenaga honorer. Saat ini hutang saya kerumah sakit masih saya cicil begamatan. Mudah - mudahan cepat lunas.