Senin, 13 November 2017

TANGGUNG JAWAB BEKERJA

Saya sudah cukup lama berkerja di beberapa instansi berbeda. Pengalaman yang cukup dan menambah keterampilan saya. Berbagai posisi sudah pula saya alami. Mulai dari tukang kebersihan, bagian dapur memasak air minum untuk para karyawan dan pimpinan, bagian kesiswaan, bagian perlengkapan, bagian data dan kearsipan, pustakawan dan sampai menjadi kepala tata usaha. 

Alhamdulillah saya jalani dengan baik dan benar. Walaupun terkadang cibiran dan hinaan dalam bentuk  bercanda sudah pula saya nikmati. Bagi saya berkerja dengan jabatan apapun itu, selama saya bertujuan untuk mencari nafkah keluarga saya, tetap akan saya lakoni.

Saya pun berusaha maksimal melaksanakan tugas yang saya emban. Kecuali saya dalam keadaan sakit, barulah saya tidak bisa melaksanakan tugas tersebut. Saya terus terang malu kalau saya sampai tidak melaksanakan tugas – tugas yang diberikan oleh Pimpinan saya. Apalagi sampai pulang sebelum waktunya. Berkerja santai atau sampai menghindari pekerjaan. Waduh saya benar – benar malu.

Sewaktu saya berada di posisi pimpinan, saya pun sering menangis dalam hati, dan membayangkan betapa saya kelak mendapat pertanyaan berat dari Allah atas kepemimpinan saya. Melihat kelakuan anak buah saya yang seenaknya dan bahkan sering melalaikan tugasnya. Sedih dan pedih. Karena itu, begitu saya lepas jabatan sebagai pimpinan, saya seolah bagaikan seekor unta yang dilepaskan beban berat dari punggungnya. Saya pun langsung bersujud syukur.

Bukan berarti saya merasa orang yang baik, jujur dan beriman melebihi orang lain. Saya pun melakukan kesalahan dan kekurangan sebagaimana orang lain. Saya pun juga bisa khilaf dan khalaf. Namun sayangnya status saya sebagai orang dhuafa terkadang disalahartikan dan terkadang dijadikan kambing hitam. Itu hal yang bisa saya maklumi. Mudah – mudahan kelak Allah menunjukkan kebenaranNya.

Ibaratnya sebuah pohon mangga, paling saya mengambil buah mangga yang jatuh atau membusuk, itupun jumlahnya sedikit. Namun ada orang yang mengambil sampai berkarung – karung didepan mata, justeru masih dianggap “Orang Baik, Orang Jujur, Tokoh masyarakat, orang hebat.”

Atau ibarat perbedaan antara yang mencuri sandal dihukum berat dan dianggap nista, sementara yang korupsi ratusan juta, masih tetap dianggap Orang baik.
Bagi saya, selama saya masih dipercaya untuk berkerja, maka saya akan mencoba secara makslmal untuk melaksanakannya dengan bertanggung-jawab. 31.10.2017.batucermin.smd


Tidak ada komentar:

Posting Komentar