Minggu, 19 Juli 2009

KETIKA TEROR ITU KEMBALI LAGI

Jakarta diguncang bom lagi, sehari sebelum kedatangan MU. Membuat nama Indonesia kembali cacad dimata dunia. MU pun batal datang. Saya benar - benar heran dengan kelakuan para Teroris ini, sungguh aneh dan mencengangkan. Apakah memang harus begitukah caranya ? Sampai saat ini saya termasuk orang yang bingung dengan istilah Bom bunuh diri. Apalagi dengan dikaitkan dengan ajaran tertentu. Saya sampai berkali - kali berdiskusi dengan teman - teman saya tentang Apakah pandangan Islam tentang bom bunuh diri. Apakah memang harus dengan cara itu ? Bukankah Islam justeru dilahirkan sebagai Rahmatan Lil Alamin ? Rahmat bagi seluruh alam. Agama yang damai dan selamat ( Muslim ). dengan cara ngebom apa mendatangkan kedamaian dan keselamatan ? Justeru banyak orang yang tidak selamat kalau pakai bom. Mengapa kita tidak menggunakan cara - cara Mahatma Gandhi ? Mengapa justeru membunuh dan menyakiti sesama manusia. ???? Bingung aku memikirkannya.....

KETIKA SUATU SORE SAYA BERPAPASAN DENGAN PAK SBY

Ketika itu saya sedang melaju dengan motor yamaha antik saya di Jalan Slamet Riyadi sedang menuju kearah jembatan Mahakam. terdengar raungan sirene motor polisi yang mengiringi kendaraan Mobil Bapak SBY bersama Isteri, dari kejauhan beliau nampak sedang melambai. Senyumnya yang sangat terkenal itu menghiasi wajah beliau. Dalam hati saya terbetik sebuah pengakuan, terlepas dari berbagai komentar negatif, isyu dan gosip miring tentang beliau, saya harus mengakui, bahwa Indonesia tetap perlu Seorang Presiden. Biar bagaimanapun keadaan Indonesia saat ini, kita harus mengakui, Negara ini tetap harus ada Presidennya. Dan kebetulan Presiden tersebut adalah SBY. Yang menurut saya adalah putera terbaik bangsa saat ini. Terlepas dari warna dan idelogi saya, saya mengakui.... Indonesia telah memilih SBY. Selamat Ya Pak.

KETIKA ANAK - ANAK KITA MULAI MASUK SEKOLAH


13 Juli 2009 yang lalu, anak - anak saya kembali kebangku sekolah, setelah 1 bulan menikmati libur di rumah aja. Liburan ini memang kami sekeluarga tidak kemana - mana, cuma di Samarinda. Mau berkunjung ke rumah Nenek dan Kakek di Tarakan tidak ada dananya. Terpaksalah di Samarinda saja liburannya. Dan saya terkaget - kaget ketika harus mengurusi ketiga anak saya masuk sekolah. Anak saya yang Sulung dan nomor 2 sudah kelas 5 dan 4, harus disiapkan dana untuk beli buku paket sekitar 600 ribuan. belum beli sepatu, tas dan baju baru, ya jadi sekitar 1 jutaan. Belum lagi si Bujang Bungsu yang baru pertama kali masuk. Memang biaya uang bangunan Gratis sebagaimana yang dipromosikan oleh Pemerintah di TV. Tapi tetap saja saya harus merogoh uang sekitar 700 ribuan ( sudah termasuk baju dan buku paket ) belum yang laen - laen. Jadi total jenderal saya harus menyiapkan uang sekitar 2 jutaan untuk ketiga anak saya. angka yang fantastis bagi saya yang hanya berprofesi sebagai tenaga kebersihan disalah satu yayasan. Tapi mau gimana lagi, anak - anak tetap harus sekolah demi masa depan mereka.