Selasa, 09 Mei 2017

DILEMATISME TATA CARA PENANGANAN ORANG MUSLIM MENINGGAL

Seandainya di Zaman Nabi sudah ada Smartphone yang bisa merekam semua ajaran Nabi Muhammad secara langsung, mulai dari hal – hal terkecil sampai tata cara penanganan orang muslim meninggal, maka mungkin ummat muslim di zaman sekarang tidak memiliki perbedaan – perbedaan yang tajam tentang hal – hal syariat ajaran Sang Nabi.

Salah satunya adalah tata cara penanganan Orang Muslim meninggal.

Pengalaman saya pribadi selama ini ya, banyak hal – hal yang berbeda saya temukan dilapangan. Namun semua para pelaksana tersebut mengaku memiliki dasar dan dalil yang kuat untuk melakukan hal tersebut. Misalnya saja kalau tahapan awal, dibeberapa tempat, jika ada khabar tentang adanya Tetangga yang meninggal, orang – orang pun berduyun – duyun datang bertakziah. Baik dari golongan NU maupun golongan Muhammadiyah datang bertakziah.

Namun ada perbedaan yang terasa, jika golongan NU dengan sikap biasa jika di sodori makanan dan minuman dari tuan rumah. Sedangkan golongan Muhammadiyah akan menolak dengan halus. Kadang mereka membawa sendiri makanan dan minuman untuk disumbangkan ke tuan rumah.

Begitu pula dengan penanganan mandi janazah dan pemakaian kain kafan, kembali terasa ada perbedaan. Tapi syukurnya tidak terlalu terasa hal – hal tersebut. Biasanya golongan Muhammadiyah memilih diam dan tidak banyak bergerak.

Kalau mengenai sholat jenazah, sepertinya tidak terlalu banyak perbedaan.
Nah, ketika penanganan dikuburanlah yang kemudian juga ternyata banyak ditemukan perbedaan. Jika Orang NU biasanya mengumandangkan Azan dan melaksanakan Talqin, maka Muhammadiyah sama sekali tidak melaksanakan kedua hal tersebut. Orang Muhammadiyah biasanya cukup berdoa dan setelah itu pergi.

Kemudian mengenai Pasca meninggal, biasanya golongan NU melaksanakan 3 hari, 7 hari, sampai 100 hari. Namun jika Muhammadiyah biasanya hanya selama 3 hari berturut – turut. Bahkan ada juga golongan Muhammadiyah yang sama sekali tidak melaksanakan 3 hari. Biasanya kalangan keluarga dan anak cucu dari si Mayit saja yang biasanya ramai membaca Alquran dan doa bersama.

Terlepas dari itu semua, walaupun ada perbedaan – perbedaan tersebut tersebut, masyarakat Indonesia tetap nampak rukun dan kompak jika ada keluarga atau tetangga yang meninggal. Bagi masyarakat semua perbedaan itu dianggap seperti perbedaan antar suku dan budaya di Indonesia. No problem selama masih disebut Tata Cara Muslim. Bagaimana menurut anda.

Batu Cermin, 8/5/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar