Kamis, 25 Juni 2020

PARA PEMIMPIN KALTIM DARI MASA KE MASA

Pemerintahan
Gubernur
No. Nama        Dari     Sampai

1. A.P.T. Pranoto        1956    1962

2. I.A. Moeis[19]        1959    1959

3. A. Moeis Hasan      10 Agustus 1962         14 September 1966

4. Soekadio     1966    1967

5. Abdoel Wahab Sjahranie    1967    1978

6. Ery Soepardjan       1978    1983

7. H. Soewandi           1983    1988

8. H.M. Ardans, SH    1988    1998

9. Suwarna A.F.[20]   1998    2006

10.Drs. Yurnalis Ngayoh[21]  8 Desember 2006        3 Juli 2008

Tarmizi Abdul Karim[22]       3 Juli 2008       17 Desember 2008

11. Awang Faroek Ishak[23]  17 Desember 2008 - 2013      

                                              11. Awang Faroek Ishak[24]  2013 - 2018


                                                                             
                                                  GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALTIM
                                                  PERIODE 2019 - 2024
                                                  DR.Ir.H.Isran Noor.M.Si - H. Hadi Mulyadi, S.Si., M.Si
 - 


Daftar wakil gubernur

No.      Nama                               Dari     Sampai            Keterangan
1.         H.M. Ardans, SH            1983    1988
2.         H. Harsono, S.Sos           1988    1993
3.         Suwarna A.F.                   1993    1998
4.         Drs.H. Chaidir Hafiedz   1998    2002
5.         Drs. Yurnalis Ngayoh     1998    2003
6.         Drs. Yurnalis Ngayoh     2003    2006
7.         Farid Wadjdy                  2008
8.         Hadi Mulyadi, M.Si        2019    2024    


Minggu, 03 Mei 2020

SEMBURAT JINGGA

Penulis : M. Yusni
Samarinda 10 Juli 1992

Yayang baru saja berlalu dari hadapanku. Berlalu dengan cuek dan tak sekalipun menegurku, sebagaimana selama ini selalu dilakukannya. Situasi begini sudah lama kuramalkan, selama kami menjalin hubungan.

Suasana kemarahan dan tak saling tegur selayaknya seteru beberapa keturunan. Padahal sebelumnya kami adalah sepasang sejoli yang saling mencintai dan merindui. 

Yayang kukenal sejak ia menjejakkan kakinya di pelataran SMA kami. Waktu itu, dia masih lugu dan culun. Maklum masih usia baru lulus SMP. Tapi kelincahannya sangat menawan hati, mengusik sebuah taman dalam dadaku yang selama ini sunyi. 

"Kamu namanya Yayang, ya? " tanyaku dulu ketika awal perkenalan kami.

"Darimana kamu tahu namaku? Kakak pasti melihat di Biodata saya khan ?" Wajahnya tampak jengah. Matanya yang bening dan gede, nampak berbinar - binar. sementara diujungnya tersungging senyum kecil.

Senyuman yang sama. Senyum yang rasanya pernah kulihat entah dimana. Tapi senyum itulah yang kemudian selalu mengusik malam - malam membosankan. Mengusik ketenanganku belajar di kelas. Rasanya selalu kepingin ke kelas sebelah, mencari - cari bayangannya.

Sementara aku mulai akrab dengan Yayang. Riwi sahabatnya yang selalu ikutan kemanapun kami pergi. Entah jam kosong ataupun jam istirahat, selalu saja kami bertiga ngalur ngidul. Entah itu di kantin atau pun di Taman Sekolah.

Yayang suka bikin puisi kalau perasaannya sedang mood atau kambuh romantisnya. kesukaan yang sama dengan aku. Saking seringnya aku menulis puisi dan kukirimkan diam - diam ke Radio Don Bocho Jln. Pasundan Kampung Jawa. Banyak puisi yang kutulis tentang berbagai macam perasaanku. Aku sudah terbiasa mulai SMP dan mengirimkannya ke Radio tersebut. Hanya saja aku tidak pernah menuliskan nama asliku. Aku lebih suka bersembunyi dibelakang sebuah nama samaran yaitu Pendekar Merpati dari Lembah Sunyi. 

Tanpa terasa hubunganku dengan Yayang cukup lama berlangsung. Kami sering saling mengirim surat yang panjang - panjang, yang penuh dengan puisi - puisi khas anak muda. Demikian itulah kemudian kami begitu hanyut dalam romantisme usia belia. 

Namun tiba - tiba ada perubahan sikap dari Riwi. Sahabat Yayang yang selalu kemana - mana mengikuti kami mendadak menjauhi kami. Tiada keakraban seperti dulu lagi. Setelah Yayang bercerita, barulah aku sadar, ternyata Riwi memendam perasaan yang sama terhadap diriku, sebagaimana perasaan Yayang terhadapku. Hal itu makin terungkap ketika suatu hari Yayang memergoki Riwi sedang menatap selembar fotoku. Sementara matanya berkaca - kaca.

Sejak itulah hubunganku dengan Yayang mulai terasa hambar. Yayang merasa bersalah karena telah melukai perasaan sahabat terbaiknya. Tidak ada lagi keceriaan itu. Tidak ada lagi berlembar - lembar surat yang dikirim Yayang kepadaku. Sampai suatu hari ada selembar surat diantar oleh sahabatku Mas Budhi. Ketika kubuka - isinya hanya selembar kertas putih - dengan sebuah tulisan singkat 
: " Putus. " 

Riwi sendiri tiba - tiba tidak pernah turun sekolah lagi. Meninggalkan aku dan Yayang dalam hubungan yang hambar dan pahit. Hubunganku sudah begitu jauh. Kami pun sudah tidak bertegur sapa lagi.

Sampai suatu hari, ada informasi kalau Riwi masuk rumah sakit, kritis dan akhirnya meninggal. Semakin menambah rasa bersalah yang dalam diriku. Aku bisa memahami perasaan Yayang terhadapku. Dari rasa cinta, yang kemudian berubah menjadi rasa benci yang teramat sangat.

Hingga kemudian aku lulus dari SMA, aku tidak pernah bertemu lagi dengan Yayang. Semua kisah hubungan kami kini hancur lembur di balik semburat jingga mentari yang mulai tenggelam.

Dibalik sampul buku terakhir yang kuterima dari Yayang, ada sebuah tulisannya :

" Ini semua gara - gara kamu. Seandainya aku tak mengenalmu dulu, maka semua ini tidak mungkin terjadi. Apalah artinya cinta, sementara aku harus mengorbankan persahabatanku. Selamat tinggal. Mudah mudahan kita tidak akan pernah bertemu lagi."





Draft Novel : BERSAHABAT DENGAN BINTANG


BERSAHABAT DENGAN HIDUP

Penulis : Muhammad Yusni MS
( Mulai di Tulis Pertengahan Desember 1992 )

" Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman diantara kamu
dan orang - orang yang diberi Ilmu Pengetahuan beberapa Derajat. 
Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."
( Al- Mujadilah : 11 )

" Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap 
laki - laki maupun Perempuan."
( Hadist Riwayat Abdil-Barr, dari Anas )

Untuk Mamah yang baik, semoga ini 
menuntaskan segala harapanmu....


----------------------------

Daftar Isi 
1. Latar belakang Tokoh
2. Pergi Nyantri
3. Halimah - bunga Pesantren 
4. Melancong ke Desa
5. Surat Yang terlupakan
6. Yang Kekal hanya di sisi Allah
7. Misi yang gagal
8. Hari Ahad Yang Aneh
9. Pacaran itu Haram atau bagaimana ?
10. Ruas - ruas Relung Hati
11. Mega berarak di langit yang biru
12. Akhir adalah sebuah awal

--------------------------------------------------

1. Latar Belakang Para Tokoh

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tokoh - tokoh semacam Yusuf, Yuffa, Dulmanaf, Engkos dan lainnya adalah anak - anak yang masih kecil dan belum tahu apa - apa tentang Agama Islam. Mereka sejak lahir sudah memang beragama Islam, namun belum tahu apapun tentang agamanya. Apalagi mereka lahir di tengah keluarga yang kurang Islami dan sangat minim memahami tentang syariat Islam. Keluarga seperti ini banyak sekali yang kita temukan dalam kehidupan sehari - hari.

Namun untunglah banyak pula para orangtua yang bijak dan sadar untuk memasukkan putra - putrinya ke sekolah yang memiliki pendidikan Agama yang baik. Yah, semacam orangtua para tokoh kita ini. Para orangtua ini kemudian memasukkan putra - putrinya ke Pesantren Hajarul Aswad. Sebuah Pondok yang diasuh langsung oleh Kiai Abdullah, seorang Kyai yang sangat di segani dan banyak membidani lulusan santri yang berbakat dibidang dakwah Islam. Khususnya seperti para Dai dan Mubaligh. Maha Besar Allah yang telah memberi kemampuan tersebut kepada beliau.

Tokoh "Aku" dalam kisah ini lebih bersifat sebagai tukang catat, karena itu tidak heran kalau bahasa yang dipergunakan adalah bahasa anak remaja yang baru belajar,
dari tokoh ini kita  akan bisa melihat perkembangan kejiwaan seorang remaja yang lahir dikalangan tidak Islami menuju pendidikan Islami di Pesantren.

Yuffa mewakili seorang remaja anak orang kaya yang manja dan sok ngatur. Karena itu dia dimasukkan ke Pesantren oleh Orangtuanya agar bisa merubah prilaku dan berkenalan dengan Agama Islam yang sesungguhnya.

Sedangkan Dulmanaf bangkit sebagai sosok anak yang berasal dari keluarga miskin dan melarat, namun besar keinginannya untuk belajar. Nyantri di Hajarul Aswad sudah menjadi cita - citanya sejak kecil. Maklumlah nama Pesantren Hajarul Aswad ini sangat terkenal di desanya Kampung Jabal Nuur. 

Engkos mewakili Remaja masyarakat perkotaan sekarang yang sudah begitu maju dan berkembang. Lantas apa yang terjadi kalau dia berhadapan dengan kehidupan Pondok Pesantren yang ketat disiplinnya ? Akan kah ia bertahan atau terpental ke pintu gerbang ?

Kiai Haji Abdullah adalah tokoh yang sangat disegani oleh para santri-nya di Pondok Pesantren Hajarul Aswad. Beliaulah yang mencetak santri - santri minim pengetahuan agama islam seperti Yusuf, Yuffa, Dulmanaf dan Engkos agar bisa berubah menjadi santri - santri yang handal dan mumpuni, yang memiliki pengetahuan Agama Islam yang sebenar - benarnya.

Pesantren Hajarul Aswad ini merupakan warisan dari KH. Ahmad Badaruddin bin Abdurrahman seorang ulama sekaligus mubaligh yang masuk ke daerah ini sejak zaman Belanda menjajah Indonesia. Sedangkan KH. Abdullah adalah Putra bungsu beliau. 

Pak KH. Abdullah orangnya terkenal ramah, periang, dan akrab dengan para santrinya. beliau adalah seorang yang terus menerus belajar ( yang sesuai dengan prinsip beliau yaitu : belajar mulai dari buaian sampai ke liang lahat ). Perpustakaan yang sangat besar di samping mesjid Pondok Pesantren adalah bukti bahwa betapa tingginya perhatian beliau terhadap Agama Islam.

Pak KH. Abdullah tinggal bersama isteri beliau yang bernama Nyai Siti Zubaidah di komplek perumahan para pengajar. Beliau juga memiliki anak lelaki yang bernama Usman dan seorang putri yang bernama Halimah. Keduanya juga ikut menjadi Santri di Ponpes Hajarul Aswad.

Peserta didik di Ponpes ini berasal dari berbagai daerah. baik yang dekat maupun yang jauh.

Demikianlah perkenalan beberapa tokoh utama yang ada dalam kisah awal ini. 

Pengantar diatas ini sebagian besar saya tulis sekitar 10 November 1992, kemudian saya revisi disana - sini untuk penyesuaian dengan kondisi sekarang. Kalau dulu novel ini saya ketik menggunakan mesin ketik portable yang masih tradisional. Kini di ketik ulang menggunakan sebuah Netbook pada pertengahan Ramadhan 2020. Anda bayangkan saja betapa lamanya novel ini saya simpan. Bahkan saya mengira naskah ini sudah hilang dan hancur di telan massa. 
Dan Alhamdulillah kini bisa saya lakukan pengetikan ulang ke Netbook saya.

dan naskah ini bukan saya ketik di Microsoft dalam bentuk draft naskah, tetapi langsung saya ketik ke Blog saya yaitu www.yoesny.blogspot.com

10 November 1992 - 2 Mei 2020 
Penulis

Muhammad Yusni MS
( Keterangan MS bukan gelar, tetapi nama orangtua saya ) 

----------------------------------------
---------------------------
-------------

Chapter One 

Pagi masih basah ketika mobil yang kutumpangi memasuki Kampung Jabal Nuur. Burung - burung ramai berkicau menyambut pagi yang ceria. Mobil Kijang biru kemudian berhenti tepat di Terminal sederhana dekat Kantor Kepala Desa.

" Kita sudah sampai! " Seru Kernet, lalu melompat turun.

Dengan tergesa aku membenahi barang - barangku dan ngantri keluar.  Sumpeknya isi mobil berganti dengan segarnya hawa hutan tropis. Bau ikan Asin, Acan, bawang Ayam, keringat dan lain - lain hilang setelah aku keluar dari dalam mobil.

Aku kemudian sambil memanggul ransel hijau kebanggaanku menuju kantor kepala Desa dan menanyakan alamat Pondok Pesantren Hajarul Aswad kepada seorang Pemuda yang sedang duduk asik sedang mengopi di beranda kantor. 

Ternyata Pondok Pesantren yang kutuju ternyata masih cukup jauh dari Desa Jabal Nuur ini. Mungkin sekitar 15 Kilometer lagi dari sini. 

Untunglah si Sopir Kijang yang kutumpangi tadi berkenan mengantarkan aku sampai ke lokasi Ponpes. Aku pun bergegas naik kembali. kali ini aku langsung duduk dibangku depan samping pak sopir. Untungnya hanya tinggal aku penumpangnya. Sehingga tidak harus menikmati lagi gado - gado bau yang tercipta dalam mobil. 

Setelah melewati jalanan yang berlika - liku, dan turun naik bukit yang lumayan jauh. akhirnya aku sampai di depan gerbang Pondok Pesantren. Bayanganku ketika masih di Kota, Pondok Pesantrennya kayak sekolahan kayu zaman dulu. Ternyata gedung - gedungnya sangat bagus dan luas sekali.

Dari kejauhan aku bisa mendengar suara anak -anak mengaji berbaur suara pagi yang bening. 

Disinilah aku nanti akan menghabiskan sebagian usiaku untuk menggali ilmu Agama islam. Yang jelas Pesantren ini memiliki sistem pendidikan 12 tahun sebagaimana pendidikan sekolah normal. Yaitu SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Cuma namanya disini MI ( Madrasah Ibtidaiyah), MTs.( Madrasah Tsanawiyyah )  dan SMA ( Madrasah Aliyyah ). Sedangkan aku lulusan SMP, jadi langsung masuk Madrasah Aliyyah ( setingkat SMA ). 

Pertemuanku dengan Pak Kyai cukup berkesan yang dalam. Betapa tidak, Bayanganku selama ini tentang sosok seorang Kyai adalah angker. bersorban seperti Pangeran Diponegoro. Kumis melintang seperti pak Raden. dengan rotan di tangan, siap menggebuk siapa saja santri yang salah membaca Tajwid Qur'an.

Ketika bertemu dengan Pak Kyai justeru semua bayangan tadi menghilang. Wajah beliau justeru sangat menyejukkan. Matanya tajam dan bening, memandangi satu demi satu para santri yang sedang berdiri di hadapannya. Baju beliau rapi dan sederhana. Dan senyummnya terasa sangat familiar.










Rabu, 22 April 2020

BERHENTI SEJENAK DIANTARA BAYANG BAYANG SUNYI


BY : MUHAMMAD YUSNI ( Ditulis tahun 1997 )

Yang jarang dilakukan oleh setiap diri adalah tafakur sejenak diantara kesibukan dunia ini, begitu pula yang terjadi pada Ronna.

Selama ini ia terlalu sibuk dengan dunianya yang penuh dinamika dan aktivitas menantang. Yah, karena sejak SMA dulu Ronna orang yang memang aktif. Ia terlibat dalam banyak organisasi. Bermacam aktivitas pernah dicobanya. Tidak heran Ronna terlalu cepat matang dibandingkan dengan usia sebenarnya.
            
Ronna merupakan mahasiswa amburadul di kampus ini. Banyak mata kuliah yang tertinggal. Ia mengalami kemandegan dibidang itu. Bisakah semua aktivitasnya diluar kampus disalahkan ?
            
Bagi Elina, doinya yang imut – imut, Ronna terlalu mementingkan organisasi sehingga kuliahnya terbelangkai.
            
Ronna hanya nyengir kucing mendengar kritikan Elina. Yah, itulah yang terjadi. Lalu dimana letak kesalahan Ronna ?

“ Kamu tuh, perlu merenovasi ulang semua program study-mu. Kamu harus lebih bisa membagi waktu antara Study dan organisasi. Makanya Ron. Elu harus punya jam!!” Potong Udin Sahabat kentalnya, ketika mereka sedang asik makan Bakso di Kantin.

“Apa hubungannya sama Jam, Din?” Ronna menyahut sambil asik menggigit pentolan bakso.

“ Ya jelas. Selama ini kamu tak pernah memperhatikan waktu. Cobalah belajar menghargai waktu. Berapa banyak waktu lagi yang harus terbuang karena kamu bolak balik ambil mata kuliah yang tercecer?”

Ronna mengangguk setuju.

“ Iya sich, soal itu aku mengerti. Tapi kamu tahu aza kalau aku ini sibuk berorganisasi. Kupikir ilmu manajemen yang kita dapat di kampus, harus diterapkan di Organisasi.” Sahut Ronna penuh alibi.

Mata Udin menatap wajah sahabatnya dengan rasa prihatin.

“ Ronna, Ronna, kamu itu sebenarnya sudah tepat langkahmu. Kamu ambil jurusan Manajemen dan merealisasikan di organisasi. Itu sudah tepat. Yang salah adalah kamu terlalu asik organisasi, sehingga kuliahmu keteter. Yang kamu harus lakukan sekarang adalah menjadwal ulang semua aktivitas kamu. Kapan study, dan kapan organisasi. Semuanya harus berjalan seimbang. Karena jika tidak seimbang maka yang rugi adalah kamu juga. Betul tidak ? “
    
Ronna berhenti mengunyah dan menarik nafas panjang.

“ Kau benar Udin, mungkin itulah kesalahan terbesarku. Thanks atas saranmu. Mungkin aku perlu istirahat sejenak dan memikirkan ulang semua yang telah aku lakukan.”

Ronna beranjak dari situ dan menghilang di kegelapan kampus yang telah lengang. Jalan Juanda pun telah mulai sunyi, diantara kesibukan hari kita memang harus berhenti sejenak untuk menarik nafas.

Ditulis tahun 1997.

Minggu, 29 Maret 2020

Musibah terbesar tahun 2020

Semua negara terkena dampaknya. Tidak hanya kesehatan, tetapi hampir seluruh aspek
Manusia terkena dampaknya. Sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan. Semua hanya gara gara makhluk kecil yang bernama Virus Corona. Begitu berbahayanya makhluk ini
Sehingga mengancam seluruh aspek manusia.

Senin, 07 Oktober 2019

CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT BAGIMU


CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT BAGIMU
By Muhammad Yusni MS
Memang kehidupan di dunia ini begitu indah. Segala kenikmatan ada dimuka bumi. Telah Allah ciptakan itu semua untuk kebahagiaan makhlukNya. Namun Allah juga tidak ingin manusia terlena dengan gemerlap dan keindahan dunia, manusia pun diberi kewajiban untuk mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Ibarat baterai, manusia pun diberi batasan dalam hal hidup dimuka bumi. Namun masing – masing manusia diberi life time yang berbeda – beda. Caranyapun berbeda – beda. Ada yang baterainya habis dengan sendirinya. Ada yang dijemput paksa. Ada yang menyetop sendiri baterainya. Ada juga yang disebabkan oleh kerusakan pada system biologisnya. Semua itu adalah caranya Allah lewat Malaikat Maut. 
Untuk itu, kita selaku manusia jangan hanya sibuk mencari nafkah hidup, jangan hanya sibuk bersenang – senang. Namun kita juga harus beribadah kepada Allah 5 kali sehari, tujuannya adalah untuk menambah bekal kita di akhirat kelak. Begitu pula dengan amalan – amalan lain seperti mengaji, berpuasa, berzakat dan naik haji bagi yang mampu. Semua amalan – amalan tersebut jika mampu kita lakukan merupakan sumber – sumber pahala yang akan menambah deposit bekal kita kelak ketika menghadap sang Khaliq.
Harusnya setiap insan beriman seperti itu, namun dibalik itu semua, Allah juga menciptakan makhluk laten yang bernama Iblis berserta setan keturunannya. Generasi iblis ini telah mendapat Hak untuk menggoda, menyeret dan bahkan kalau perlu memaksa manusia dan jin mengikuti langkah – langkah mereka. Tugas mereka adalah jelas / clear, adalah untuk mengajak manusia masuk kedalam neraka yang menyala – nyala. Tugas utama mereka adalah mencari teman sbanyak – banyaknya dari kalangan manusia dan jin untuk sama – sama menikmati Azab dan wisata Api menyala – nyala untuk kalangan para pendosa. Tidak akan ada yang lepas dari godaan dan ajakan mereka ini termasuk penulis sekalipun.
Adalah suatu yang sangat merugikan, kalau kemudian kita yang sudah tahu akan bahaya ancaman ini, malah dengan mudahnya terseret, bahkan ikut dengan sukarela. Memang tidak mudah hidup di zaman ini. Zaman Edan yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad Junjungan kita semua, bahwa akan datangnya zaman edan. Zaman dimana tanda – tanda akhir zaman yang mulai mendekat. Insan muslim sangat dengan mudahnya tergoda dan terlena dengan berbagai macam kenikmatan dan godaan dunia. Pantas saja Allah menyuruh ummat Islam Sholatnya lima kali dalam sehari. Artinya kita lima kali bersyahadat dalam sholat. Barangkali diantara jam – jam kita hidup dalam sehari – hari kita telah kafir tanpa sengaja. 

KAUM PENULIS DAN KONSEKWENSINYA


KAUM PENULIS DAN KONSEKWENSINYA
By Muhammad Yusni MS
Samarinda, 29  September 2019
Kamu kira enak menjadi seorang penulis itu ? Menjadi seorang penulis itu adalah sebuah pekerjaan yang memiliki beban dan tanggung jawab yang besar. Sebuah tulisan bisa membuat orang menjadi baik, menjadi buruk atau bahkan bisa pula menghancurkan sebuah Negara. Konsekwensi itulah yang akan kamu tanggung jika kamu ingin menjadi penulis.
Sejak zaman dulu jabatan penulis menempati posisi yang penting. Para raja, Kaisar, Sultan bahkan pemimpin yang kejam, memiliki barisan para penulis khusus. Mereka khusus menulis surat – surat yang akan dikirim oleh para raja kepada sesama raja atau kepada para bawahannya seperti gubernur, adipati dan rakyat yang dituju.
Bahkan di zaman Nabi Muhammad pun memiliki barisan para penulis yang khusus mencatat wahyu yang diturunkan Allah kepadaNya. Setiap ada turun wahyu para sahabat yang berstatus penulis akan segera menuliskannya di media – media yang bisa ditulis. Misalnya daun, batu atau papan kayu. Karena zaman itu belum ada kertas.
Karena adanya kaum penulislah, banyak buku – buku yang kemudian diperbanyak dan menyebar keseluruh dunia. Sehingga ilmu pengetahuan pun bisa menyebar kemana – mana. Wajar saja Allah dalam salah firmanNya : Nun Walqolami Wamaa Yasthuruun. ( demi pena dan apa yang ditulisnya. Begitu pentingnya posisi para penulis ini.
Oleh karena itu, kalangan luciferian ( para pengikut iblis Lucifer ) pun sangat memperhatikan yang namanya media tulis dan penulisnya. Merekapun bergerakmenguasai semua media cetak dan elektronik yang ada didunia ini, untuk menyebarkan dan mendokrinasi manusia lewat tulisan – tulisan.
Di tambah zaman kini dengan kelahiran internet, maka serbuan – serbuan dalam bentuk tulisan yang menyesatkan, mengaburkan dan mendoktrin manusia lebih mudah lagi.banyak bermunculan web – web luciferian yang sengaja di kemas dan di percantik, agar manusia dengan mudahnya mengutip dan mensharenya dengan mudah lewat medsos dan sejenisnya. Maka menyebarlah semua doktrinasi – doktrinasi, semua kebohongan – kebohongan, semua kepalsuan – kepalsuan. Yang semua itu menjauhkan manusia dari Tuhannya. Menjauhkan manusia dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Esa. Mereka merencanakan makar kepada Tuhan, maka Allah pun akan membalasNya.
Lewat media yang sama, para pendakwah islam, para juru dakwah islam, para pembela islam, juga menyebarkan tentang keagungan Allah, tentang kekuasaan Allah, membongkar makar dan konspirasi para luciferian. Dengan bersemangat mereka membuat content - content yang keren lewat youtube, facebook, twiter,instagram, dll.
Semua itu tidak terlepas dari tangan para penulis. Itulah saya katakan tadi alangkah berbahayanya jabatan penulis. Di tangan merekalah sejarah manusia dituliskan. Baik sejarah masa lalu dan masa depan.


Kamis, 16 Mei 2019

Riak Ombak Reformasi 98 di Samarinda

Jumat, 13 November 2015


Draft Buku Blog : Riak Ombak Reformasi 98 di Samarinda

KATA PENGANTAR
Sebuah buku blog tentang catatan saya mengenai suasana dan eforia reformasi 98.
Jika anda tanya saya siapa ? Saya Nothing..... bukan siapa - siapa. Saya hanya seseorang yang kebetulan berada di tempat yang salah dan terlibat sebagai pengamat, pelaku dan pencatat. Tapi itu semua bukan kemauan saya.

Jika anda tanya, apa anda seorang reformis ? Saya jawab bukan.
Saya hanyalah sebutir pasir di kaki Amien Rais dan teman - teman. Saya hanyalah seorang Mahasiswa kucel yang pusing dengan kuliahnya dan memanfaatkan waktunya untuk ikutan demo sana - sini menggoyang - goyang kursi ORBA. Just it. terserah anda mengenai saya.
Serah terima kepengurusan
SEMA STIEM dari
Kanda Ahmad Aznem
ke Safwan Halim Periode 1997 / 1998

Kamis, 14 Maret 2019

PEMILU 2019 The Medsos Of War



Negeri ini sudah berkali – kali mengalami berbagai macam persoalan. Semenjak merdeka pada tahun 1945, telah berulangkali mengalami pergantian pucuk pimpinan. Mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Gusdur, Megawati, SBY dan saat ini Jokowi. Peralihan kekuasaanpun melewati beragam cara dan intrik politik. Bangsa kita pun telah berkali – kali tercabik – cabik bendera persaudaraannya. Bangsa kita telah saling berkelompok – kelompok dan bergolong-golongan.

Apa yang di alami oleh Neno Warisman baru – baru ini, pernah juga di alami oleh para aktivis penggiat demokrasi di zaman dahulu. Saya tidak perlu menceritakan semua kejadian yang tentunya telah anda ketahui semua.

Kalau sudah mendekati Pilpres itu biasa saling menghujat, saling sindir dan saling membuka aib lawan. Intinya bagaimana membangun Pencitraan di Mata Masyarakat Pemilih. Di Era milineal ini semua riak – riak perseteruan itu tidak hanya lewat Media cetak dan media televise saja, namun paling terasa merambah adalah di dunia Maya. The Cyberspace. Perseteruan itu sangat kentara dan terasa di Medsos. Entah itu menggunakan Facebook, Twitter, Instagram, dan sejenisnya. Saling lempar hujatan dan tanggapan para netizen itu lebih cepat daripada per nano detik.

Yang saya sayangkan, teman – teman sudah tidak menunjukkan bahasa – bahasa yang santun dalam menulis status, komen dan tanggapan. Selalu terpancing dengan emosi. Saya fikir sih wajar saja kalau kelompok pendukung suatu calon menuliskan kehebatan barang jualannya. Kita pun begitu. Namun sayangnya ketika sebuah pernyataan dibuat, tanggapan dan komen pun berhamburan, baik yang pro dan kontra. Nah kalau tidak senang di koment, ya dimatikan saya tools komennya. 



DILEMA SAMPAH


Dengan kian meningkatnya konsumerisasi di Masyarakat Modern sekarang ini, jumlah penggunaan pembungkus baik kertas, plastic dan sejenisnya juga meningkat tajam. Penyumbang terbesar sampah antara lain adalah pembungkus makanan dan minuman. Apalagi jika berbahan plastic atau bahan yang tidak mudah diurai oleh alam. Teluk Jakarta adalah salah satu bukti nyata ketika kumpulan sampah menumpuk dan menjadi lautan sampah. Sampah adalah penyebab terjadinya banjir. Sampah juga penyebab maraknya penyakit. Sampah adalah punca utama penyebab berbagai dilemma di masyarakat.
Di samping itu juga sampah adalah sumber penghasilan ratusan orang yang berprofesi sebagai pemulung. Bagi kita sampah adalah pengganggu lingkungan, maka bagi para pemulung, sampah adalah surga.
Dalam sebuah kesempatan saya pernah berkesempatan berbincang – bincang dengan seorang pemulung. Untuk penghasilan perhari saja mereka bisa mendapatkan uang antara Rp. 300 ribu sampai Rp. 600.000,- dari berbagai macam tumpukan sampah. Mulai sampah gelas plastic dan botol plastic, Kardus, besi tua, aluminium dan sampah makanan. Sudah kerjanya santai, modal alakadarnya. Rata – rata pemulung cukup bawa gerobak. Bisa di dorong, bisa di tarik pakai motor. Biasanya yang agak besar pendapatannya adalah pemulung yang menggunakan kendaraan motor. Karena pergerakannya lebih luas dan cepat.
Setiap bak sampah yang ada di kota, biasanya sudah ada penunggunya. Jadi bukan hanya pohon tua yang ada penunggunya. Bak sampah pun ada penunggunya. Bahkan ada yang bermukim di samping bak sampah. Jadi biasanya kalau sudah ada penunggunya, maka pemulung yang berkendaraan, biasanya keluar masuk komplek perumahan. Kalau kebetulanm ada yang lagi bongkar – bongkar gudang, maka mereka akan mendapat rezeki nomplok. Bahkan pemulung berani membeli dengan hitungan perkiloan. Untuk gelas dan botol plastic, perkilonya dihargai Rp. 1500,-, kalau kardus agak lumayan sekitar             Rp. 2000/Kilo. Begitu pula besi dan aluminium dihargai Rp. 3000 / kilo. Nah, jika sudah terkumpul baru di jual ke para tengkulak sampah dengan harga 2 kali lipatnya. Jadi wajar saja kalau dalam sehari bisa mendapatkan Rp. 300 ribu sampai Rp. 600 ribu perhari.
Nah jika kita hitung lagi Rp. 300 ribu x 30 hari = Rp. 9.000.000 / sebulan. Ini lebih besar dibandingkan gaji PNS di Kaltim golongan III sekitar Rp. 4.000.000,- / bulan. Mendengar hitung2an begitu saja sudah mencengangkan.
“Apalah artinya saya dibandingkan dengan pegawai negeri, pak.”
“Lho, justeru harusnya bapak merasa bangga, karena gaji bapak lebih besar dibandingkan mereka.” Jelas saya dengan bersemangat. “ Yang penting kita pandai bersyukur, Insya Allah akan menambah kenikmatan tersebut.”

Dilema Sampah Harian


Banyak orang tidak tahu betapa beratnya tugas sebagai tenaga kebersihan. Apalagi areanya luas seperti sekolahan. Sampah yang banyak dan menumpuk. Terhambur kemana – mana. Itu sangat sulit dibersihkan. Sudah pekerjaan yang berat, gajinya juga tidak sesuai dengan berat kerjanya. Sehingga mengakibatkan kebersihan tidak bisa maksimal. Idealnya sekolah dengan luas 3 sampai hectare, memerlukan tenaga 5 sampai 7 orang agar benar – benar maksimal dalam membersihkannya. Contoh seperti di Sekolahan kami SMK Negeri 6 Samarinda, dengan luas hampir 5 hektare. Harusnya tenaga kebersihan kisaran 6 sampai 10 orang, barulah kebersihan bisa maksimal.
Kondisi akan diperparah lagi, jika ada pelaksanaan event – event tertentu di sekolah. Maka tingkat limbah sampah juga meningkat tajam. Sayangnya. Tenaga kebersihan dengan jumlah hanya bertiga, sehingga kebersihan pun tidak maksimal.
Untuk pola di sekolah, limbah sampah juga bersifat terus menerus. Pagi – siang – sore, terus berkelanjutan tiada henti. Sehingga, jika pagi sudah dibersihkan, maka hanya dalam hitungan beberapa jam saja, maka sampah baru akan muncul. Apalagi jika kita mengikuti perhitungan survey tentang produksi sampah, maka setiap orang dalam satu hari menghasilkan sampah sebesar 1,5 kilo. Jika kita kalikan jumlah siswa sekitar 1000 orang. Maka silahkan kali aja 1000 orang x 1,5 kilo = 1500 kg. wow ….

NASIB TUKANG OJEK PERSIMPANGAN


Anda menunggu orang lain merubah hidup anda? Sampai kapan anda menanti ? Sampai memutih rambut dikepala anda ? Atau sampai ajal menjemput kita ? Saya dulu juga sempat berfikir hal yang sama. Saya menunggu kehadiran seorang kaya raya dan merubah hidup saya. Saya tunggu setiap hari, setiap bulan, bahkan setiap tahun. Saya jalani hidup dengan berharap munculnya orang tersebut. Namun yang ditunggu tak jua datang. Kalaupun ada yang datang, hanya bicara PHP dan PHP saja. Saya di-bunguli dan di waluhi saja. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang membisikkan di telinga saya, “bahwa nasib sebuah kaum tidak akan berubah, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.”
Saya pun tersentak kaget, bagaikan bangun dari mimpi. Kini usia saya sudah 45 tahun, namun kehidupan saya masih seperti ini. Hidup dalam kesusahan dan serba pas – pasan. Pekerjaan saya menjadi tukang sapu di sebuah sekolah bonafid, tetapi gajinya masih di bawah standar. Jadi gaji yang ada serba pas dan bahkan kurang. Sementara isteri satu orang dan anak sudah 4 orang. Semuanya masih sekolah dan masih diberi makan. Untungnya yang anak sulung saya sudah lulus dan mendapat kerja di sebuah warung makan. Sudah punya gaji sendiri. Dan kadang bisa bantu kasih uang untuk ibunya.
Rumah masih menyewa dengan orang lain. Kendaraan yang dipakai masih motor pinjaman. Begitulah nasib saya. Kadang untuk menambah pemasukan, saya juga menjadi tukang ojek tradisional dipersimpangan. Ya cukuplah untuk tambahan, walau masih serba kurang. 
Apalagi menghadapi maraknya Ojek Online, maka kami para Ojek Tradisional mulai tersingkir dan terkalahkan oleh kehebatan canggihnya teknologi. Tapi saya nggak kurang akal, saya lalu membagikan nomor hape saya sama para langganan, sehingga ketika pelanggan saya perlu ojek, bisa langsung telpon saya. Untuk supaya mereka lebih tertarik, tarif jarak jauh dan dekat saya kasih harga saya yaitu : Rp.10.000. kalaupun mereka pengen nambah, ya silahkan. Namun saya tidak melayani orang – orang yang tidak saya kenal. Mengingat banyaknya para manusia psikopat..

Al Goritma kehidupan


Umur itu tidak berbekas, alias tidak kelihatan. Kegiatan kita sehari – hari yang berjalan tanpa terasa, tanpa ada peringatan. Semuanya berjalan sebagaimana berjalannya jam waktu. Sedangkan usia kita terus bertambah, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam berjalan terus. Terus. Terus............ tanpa kita sadari kita sudah tua dan sakit – sakitan, terus meninggal.
Selama perjalanan waktu, banyak hal yang terjadi. Perjalanan dan nasib manusia adalah masing – masing berbeda, walaupun sebenarnya pokok permasalahannya sama, atau sifatnya hanya pengulangan – pengulangan yang telah dialami oleh orang lain. Pengulangan yang sama telah terjadi dari jaman dulu hingga jaman sekarang. Maksudnya ? Ya setiap manusia akan mengalami fase – fase yang sama, yaitu : Lahir – besar – dewasa – tua – sakit – lalu mati. Atau lahir – besar – dewasa – menikah – punya anak – lalu menikahkan anaknya – lalu mendapat cucu dari anaknya – lalu tua – sakit dan meninggal. Apakah semua itu terdengar familiar. Ya semua itu akan kita alami dan kita lalui. Ibarat bahasa dunia teknik digital disebut dengan Algoritma kehidupan.
Lalu mengapa nasib manusia  berbeda – beda. Ya itulah disebut dengan simpangan – simpangan Algoritma. Nasib manusia berbeda itu tergantung ikhtiar dan tulisan takdirnya. Semisalnya begini.
A.      Udin lahir di keluarga orang kaya dan mampu. Hidupnya penuh kemewahan dan gemerlap harta. Semua impian ia bisa raih. Sekolah di sekolah favorita, kuliah di kampus ternama, bisa beli mobil sport mewah, tiap hari pesta pora. Ketika dewasa mendapat warisan perusahaan dan harta berlimpah.
B.      Nanang lahir di keluarga miskin dan melarat. Kira – kira menurut anda, apakah Nanang akan sama kehidupannya dengan si Udin ? Jelas beda dan jauh sekali.
C.      Sedang Toyyib lahir di keluarga sederhana namun ulet bekerja, sehingga ketika dia dewasa, ia pun kaya raya. So menurut anda apa yang terjadi ?
Lalu apakah kita akan menyalahkan Tuhan, ketika nasib kita jatuh melarat karena perbuatan kita sendiri ? Apakah kita menyalahkan Tuhan, ketika kita kehilangan segala – galanya ?
Jawab Allah, “Aku tergantung pada dugaan hambaKU.”
25/11/2018 – Tani Aman – Samarinda




Jumat, 08 Februari 2019

Nafsu menulis

Sebenarnya nafsu saya untuk menulis sangat tinggi. Namun karena kesibukan sehari - hari yang cukup tinggi dan terkadang muncul sifat malas saya, sehingga saya agak jarang menulis. Dalam menulis saya juga tidak mengkhususkan diri, semua hal saya tulis dengan bebas tanpa hambatan. Dan saya juga kini nggak khawatir seandainya tulisan saya tidak diterbitkan pihak media. itu karena media blog saya ini adalah milik sendiri. sehingga saya bebas menulis seenak udelnya.

Selasa, 30 Oktober 2018

PEMBERDAYAAN BAITUL MAL MESJID

Zaman Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya, peran masjid sangat penting. Disamping sebagai tempat ibadah utama dan sunnah, masjid juga digunakan sebagai wadah pengkaderan, penanaman doktrinasi, pembahasan masalah – masalah keumatan, sampai ke masalah – masalah ekonomi social kemasyarakatan. Dan yang paling fenomenal diantaranya adalah, baitul mal masjid. Lewat baitul mal inilah upaya – upaya pengentasan masalah keuangan ekonomi masyarakat dilakukan.
Semua zakat, infak dan sadaqah masuk baitul mal, untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, khususnya yang masuk kategori 7 orang penerima ZIS. Beda dengan baitul mal masjid di zaman sekarang ini. Kebanyakan ta’mir masjid tidak memahami. Kadangkala ada kas masjid yang sampai ratusan juta, namun sama sekali tidak bermanfaat. Kadang ada disekitar masjid, kaum dhuafa yang kelaparan, anak – anaknya tidak sekolah, atau kekurangan baju. Namun lucunya masjid justeru megah dan berkilauan. Kas baitul malnya ratusan juta. Sebuah ironisme…
Dalam sebuah dialog singkat saya dengan salah satu calon senator Kaltim lewat sms. Saya katakan, ada seorang teman sedang terlilit utang rentenir, apakah sampean ada solusinya. Jawaban beliau singkat, buntu dan tidak ada solusinya. Kecuali para ta’mir masjid yang punya uang banyak.
Saya katakan ya, memang dari dulu saya sering mengamati, bahwa memang sebenarnya, jika baitul mal masjid itu benar – benar berfungsi, maka masalah pengentasan kemiskinan kaum dhuafa Insya Allah terselesaikan. Namun sayangnya di daerah kami ini, entahlah di daerah lain ya, yang jelas kaum ta’mir masjid sama sekali tidak paham dengan system baitul mal. Padahal system baitul mal yang diwariskan oleh Nabi Muhammad sejak dulu sudah terbukti mampu menuntaskan permasalahan ekonomi kerakyatan. Kita malah percaya dengan system kaum kapitalis.
Dalam penerapan baitul mal masjid, seandainya jalan. Maka akan banyak kaum dhuafa yang tertolong. Jika dalam system kapitalis, modal diberikan jika ada jaminan dan pengembaliannya pun ada bunganya. Beda dengan system baitul mal. Modal diberikan kepada kaum dhuafa yang ingin berusaha tanpa jaminan dan bunga. Modal bersih diberikan. Kecuali jika orang yang dibantu tadi sudah mampu, maka ia wajib mengeluarkan zakat hartanya ke baitul mal lagi. Yang selanjutnya akan digunakan untuk membantu saudara – saudara lainnya lagi. Beda dengan system kapitalis. Sudah harus ada jaminan, uang disamping harus dikembalikan juga ditambah dengan bunga yang mencekik. Jika tidak mampu membayar angsuran, maka jaminan akan hilang lenyap. Itukah system yang kita banggakan bisa mengentaskan kemiskinan bangsa kita ???
Dalam system baitul mal, sebenarnya yang terjadi adalah, dana dari ummat, dikelola oleh ummat dan digunakan untuk ummat. Setiap hari dana terus masuk mengalir, khususnya hari jumat dan hari – hari besar islam. Belum lagi yang membayar zakat harta dan zakat profesinya. Dana yang terkumpul luar biasa banyaknya. Nah, dana – dana tersebut jika disalurkan dengan baik, tepat guna dan tepat sasaran, maka tidak ada lagi masyarakat dhuafa yang menderita. Apalagi kalau kaum tersebut diberi modal usaha untuk memperbaiki taraf ekonomi mereka. Namun sayangnya dana – dana baitul mal justeru tertahan di rekening milik masjid. Mengendap sampai ratusan juta. Hanya digunakan untuk merehab masjid, mempermegah masjid. Masjid sudah megah, masih terus dipoles dan di permewah. Sementara di sekitarnya masih banyak kaum dhuafa yang keleleran kelaparan. Subhanallah…..
The Mirror stone, 27.10.2018