Kamis, 14 Maret 2019

NASIB TUKANG OJEK PERSIMPANGAN


Anda menunggu orang lain merubah hidup anda? Sampai kapan anda menanti ? Sampai memutih rambut dikepala anda ? Atau sampai ajal menjemput kita ? Saya dulu juga sempat berfikir hal yang sama. Saya menunggu kehadiran seorang kaya raya dan merubah hidup saya. Saya tunggu setiap hari, setiap bulan, bahkan setiap tahun. Saya jalani hidup dengan berharap munculnya orang tersebut. Namun yang ditunggu tak jua datang. Kalaupun ada yang datang, hanya bicara PHP dan PHP saja. Saya di-bunguli dan di waluhi saja. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang membisikkan di telinga saya, “bahwa nasib sebuah kaum tidak akan berubah, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.”
Saya pun tersentak kaget, bagaikan bangun dari mimpi. Kini usia saya sudah 45 tahun, namun kehidupan saya masih seperti ini. Hidup dalam kesusahan dan serba pas – pasan. Pekerjaan saya menjadi tukang sapu di sebuah sekolah bonafid, tetapi gajinya masih di bawah standar. Jadi gaji yang ada serba pas dan bahkan kurang. Sementara isteri satu orang dan anak sudah 4 orang. Semuanya masih sekolah dan masih diberi makan. Untungnya yang anak sulung saya sudah lulus dan mendapat kerja di sebuah warung makan. Sudah punya gaji sendiri. Dan kadang bisa bantu kasih uang untuk ibunya.
Rumah masih menyewa dengan orang lain. Kendaraan yang dipakai masih motor pinjaman. Begitulah nasib saya. Kadang untuk menambah pemasukan, saya juga menjadi tukang ojek tradisional dipersimpangan. Ya cukuplah untuk tambahan, walau masih serba kurang. 
Apalagi menghadapi maraknya Ojek Online, maka kami para Ojek Tradisional mulai tersingkir dan terkalahkan oleh kehebatan canggihnya teknologi. Tapi saya nggak kurang akal, saya lalu membagikan nomor hape saya sama para langganan, sehingga ketika pelanggan saya perlu ojek, bisa langsung telpon saya. Untuk supaya mereka lebih tertarik, tarif jarak jauh dan dekat saya kasih harga saya yaitu : Rp.10.000. kalaupun mereka pengen nambah, ya silahkan. Namun saya tidak melayani orang – orang yang tidak saya kenal. Mengingat banyaknya para manusia psikopat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar