Kamis, 14 Maret 2019

DILEMA SAMPAH


Dengan kian meningkatnya konsumerisasi di Masyarakat Modern sekarang ini, jumlah penggunaan pembungkus baik kertas, plastic dan sejenisnya juga meningkat tajam. Penyumbang terbesar sampah antara lain adalah pembungkus makanan dan minuman. Apalagi jika berbahan plastic atau bahan yang tidak mudah diurai oleh alam. Teluk Jakarta adalah salah satu bukti nyata ketika kumpulan sampah menumpuk dan menjadi lautan sampah. Sampah adalah penyebab terjadinya banjir. Sampah juga penyebab maraknya penyakit. Sampah adalah punca utama penyebab berbagai dilemma di masyarakat.
Di samping itu juga sampah adalah sumber penghasilan ratusan orang yang berprofesi sebagai pemulung. Bagi kita sampah adalah pengganggu lingkungan, maka bagi para pemulung, sampah adalah surga.
Dalam sebuah kesempatan saya pernah berkesempatan berbincang – bincang dengan seorang pemulung. Untuk penghasilan perhari saja mereka bisa mendapatkan uang antara Rp. 300 ribu sampai Rp. 600.000,- dari berbagai macam tumpukan sampah. Mulai sampah gelas plastic dan botol plastic, Kardus, besi tua, aluminium dan sampah makanan. Sudah kerjanya santai, modal alakadarnya. Rata – rata pemulung cukup bawa gerobak. Bisa di dorong, bisa di tarik pakai motor. Biasanya yang agak besar pendapatannya adalah pemulung yang menggunakan kendaraan motor. Karena pergerakannya lebih luas dan cepat.
Setiap bak sampah yang ada di kota, biasanya sudah ada penunggunya. Jadi bukan hanya pohon tua yang ada penunggunya. Bak sampah pun ada penunggunya. Bahkan ada yang bermukim di samping bak sampah. Jadi biasanya kalau sudah ada penunggunya, maka pemulung yang berkendaraan, biasanya keluar masuk komplek perumahan. Kalau kebetulanm ada yang lagi bongkar – bongkar gudang, maka mereka akan mendapat rezeki nomplok. Bahkan pemulung berani membeli dengan hitungan perkiloan. Untuk gelas dan botol plastic, perkilonya dihargai Rp. 1500,-, kalau kardus agak lumayan sekitar             Rp. 2000/Kilo. Begitu pula besi dan aluminium dihargai Rp. 3000 / kilo. Nah, jika sudah terkumpul baru di jual ke para tengkulak sampah dengan harga 2 kali lipatnya. Jadi wajar saja kalau dalam sehari bisa mendapatkan Rp. 300 ribu sampai Rp. 600 ribu perhari.
Nah jika kita hitung lagi Rp. 300 ribu x 30 hari = Rp. 9.000.000 / sebulan. Ini lebih besar dibandingkan gaji PNS di Kaltim golongan III sekitar Rp. 4.000.000,- / bulan. Mendengar hitung2an begitu saja sudah mencengangkan.
“Apalah artinya saya dibandingkan dengan pegawai negeri, pak.”
“Lho, justeru harusnya bapak merasa bangga, karena gaji bapak lebih besar dibandingkan mereka.” Jelas saya dengan bersemangat. “ Yang penting kita pandai bersyukur, Insya Allah akan menambah kenikmatan tersebut.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar