PENULIS : M.YUSNI.MS
Memang belum ada satu
pengumuman pun tentang Corona Disaster dari Pemerintah Indonesia, bahwa kondisi
di Indonesia sudah benar benar lepas dari wabah tersebut. Berita – berita
tentang kasus Corona masih terdengar. Namun saya sudah bertekad bulat untuk pulang
kampung ramadhan ini. Saya sudah ainul yaqin memutuskan untuk pulang. Sendiri
atau pun bersama isteri dan anak anak. Masalah pulang kampung ini sudah juga
saya diskusikan dengan mantan Pacar saya dirumah. Kayaknya dia nggak minat sama
sekali untuk ikutan pulang kampung. Alasannya sih masuk akal, dia tidak mau
jauh – jauh dari Samarinda, karena harus mengawasi dan mengontrol kondisi
ibunya yang juga sudah renta. Kalau anak – anak yang mau ikut cuman satu, yaitu
si bontot yang imut, Putri Syabila ( 7 tahun ). Pengen banget ikut. Tapi
masalahnya si Mami nggak kasih ijin. Kecuali mami ikut baru Syabila juga ikut. Awalnya
si Putri pertama mau ikut perjalanan ini. Namun lagi – lagi terkendala masalah
vaksin. Karena dia sampai sekarang belum di vaksin sama sekali. Jadi takut –
takut kalau mau ikutan pulkam. Akhirnya, jadilah saya yang berangkat pulang
sendirian.
Awalnya saya mau berangkat
tanggal 24 April 2022, gegara menunggu THR yang belum ada khabar, bahkan muncul
isyu THR akan dibayarkan Pasca Hari Raya. Isyu ini sempat memunculkan komentar
dan kericuhan di kalangan PNS dan Tenaga Honorer seperti saya. Karena belum ada
juga kepastian, akhirnya saya memutuskan untuk “Meminjam dana” kepada salah
satu Donatur. Dan Alhamdulillah saya pun mendapat pinjaman lunak.
Ketika saya mau berangkat
dari rumah, saya berfikir, pasti terminal bis ini penuh dengan para pemudik,
penuh dengan para calo, penuh dengan para pengantar dan sebagainya. Belum lagi
nanti pasti ada pemeriksaan surat Vaksin dan boster. Dan banyak lagi hal hal
negatif lainnya. Ternyata saya kecele. Karena begitu saya turun di depan
terminal bis Sungai Kunjang, kondisi normal seperti hari – hari biasa. Tanpa
pemeriksaan apapun. Saya beli tiket bis pun biasa saja, nggak pake antrean dan nggak
pake lama. Cuman memang, ternyata bis jam pertama sampai jam 4 sudah penuh.
Tinggal bis jam 18.00 yang tersisa. Artinya saya harus menunggu selama 4 jam di
terminal. Mati Wolanda ! kata saya.
Tapi saya nggak kehabisan
akal, karena terminal tidak jauh dari Bigmall, maka saya memutuskan untuk
ngabuburit di Pusat Perbelanjaan terbesar di Samarinda tersebut. Jalan – jalan,
muter-muter, lihat – lihat berbagai barang yang dijajakan disana. Sampai saya
juga sempat nonton di XXI – kebetulan lagi ditayangkan film terbaru yaitu : ....
Tepat jam 16.20 saya
meluncur kembali ke Terminal Bis Sungai Kunjang. Setelah menunggu beberapa
menit, akhirnya Bis saya pun tiba. Dan saya sempat khawatir kalau bisnya sudah
lansia, ternyata yang datang masih muda belia. Bisnya masih baru. Dan juga sudah
memiliki fasilitas WC didalamnya. Dan yang kerennya lagi full musik dan ada
colokan hape diatas kepala semua penumpang. Ini baru mantap. Hape saya bakalan
on terus. Karena bagi manusia di zaman milineal ini, hape jangan sampai mati,
karena begitu pentingnya hape bagi komunikasi, hiburan dan informasi.
Tepat pukul 18.00, si Abang
Sopir langsung menghidupkan mesin dan memulai perjalanan kami yang bakal kami
tempuh selama berjam – jam kemudian.
Bismillah – ucapku dalam
hati. Setelah hampir 5 tahun nggak pernah pulang kampung, akhirnya aku bisa
pulang juga, kayak orang – orang lain.
Bis melaju santai menuju
kota pertama yaitu Balikpapan. Kami pun melewati Jalan tol yang sudah mulai di
operasikan di Kaltim. Ternyata hanya sekitar 1 jam lebih saja kami sudah sampai
di Karang Joang Balikpapan. Kemudian lanjut menuju ke kapal Feri penyeberangan
di Kariangau Balikpapan. Karena memang untuk melanjutkan perjalanan, kita harus
menyeberangi teluk Balikpapan dengan diangkut menggunakan Feri ke PPU ( Panajam
Pasir Utara ) yang saat ini lagi Viral di Indonesia.
Setelah sekitar 30 menit,
bis akhirnya turun ke darat dan melanjutkan perjalanan menuju Banjarmasin. Saya
pun membayangkan perjalanan yang panjang dan berliku. Karena memang seperti
itulah perjalanan dari PPU menuju ke Tanah Grogot. Disini kelihaian Bis Sopir
Banjar diuji. Dengan ukuran jalan yang sempit dan kecil. Bis yang besar besar.
Jalur yang meliuk – liuk, turun dan naik gunung. Tapi jarang terdengar ada bis
yang keterusan masuk Jurang atau menabrak pemukiman. Padahal bagi saya kelajuan
bis cukup tinggi. Ketika dua bis berpapasan itu hanya sejengkal saja.
Persinggahan pertama kali
adalah di sebuah warung makan prasmanan. Disini Sopir dan Penumpang bebas
memilih makanan. Bahkan bisa double – double. Sekitar 5 tahun lalu, saya sempat
kecewa dengan warung makanan yang puluhan tahun berkerjasama dengan pihak pengusaha.
Memang banyak orang yang sudah mengkomplainnya. Dengan makanan seadanya. Sudah
disiapkan dan diatur jatahnya. Walaupun murah dan sederhana, maksud saya ya
agak layak lah. Nah disini, di warung yang sekarang kami singgah ini, benar
benar maksimal pelayanannya. Para petugas penyaji juga cepat dan cekatan. Hampir
semua jenis ikan ada disana, kecuali kelompok hewan bersungut dan bercapit dari
laut. Saya benar benar kekenyangan dan puas. Apalagi ketemu ikan papuyu besar
yang di goreng.
Wih benar benar mantap.
Sampai – sampai saya harus menetralisir kondisi perut saya yang kekenyangan.
Sekitar satu jam kemudian,
bis kembali meluncur....
Ketika bis hendak mencapai
KM 16, tiba – tiba kenalan saya di Bis bernama Pak Santoso berkata : “nanti kalau sudah tiba, bapak ikut saya aja
ya. Saya di jemput mantu saya.”
“ Oke siap”, jawab saya.
Jadilah saya kemudian ikut
beliau. Karena beliau ini kebetulan tinggal di Brangas Alalak. Ini adalah
kampung kelahiran saya. Disinilah kampung dimana Kakek dan Nenek saya bermukim
selama ini hingga sampai meninggalnya. Begitupun Paman2 dan bibi2 saya. Namun
semuanya sudah almarhum, kecuali tinggal satu isteri Paman saya yang tertua,
dan sepupu – sepupu saya sebagian masih ada di kampung ini.
Begitu sampai di Alalak,
saya langsung menyempatkan diri ke kuburan Kakek saya M.Said di Samping mesjid
Alalak. Saya sempat lupa posisinya. Namun berdasarkan feeling saya mengikuti suara
hati, dan menemukan kuburan beliau yang nampaknya kurang terawat.
Sebenarnya ada satu lagi
kuburan yang saya nggak ketemu, yaitu kuburan Paman paling Bungsu saya. Namun
tidak ketemu. Jadilah saya akhirnya berdoa saja dikuburan kakek aja. inilah
asal usul nama marga dibelakang nama saya. Saya sering menulis nama saya
Muhammad Yusni bin MS. Jika orang – orang sibuk menulis nama gelar kesarjanaan,
maka saya lebih bangga menuliskan nama – nama orangtua, Kakek dan dan Datu
saya. Kebetulan nama mereka bertiga jika diringkas cukup dua huruf : MS. Namun
itu memiliki tiga nama besar : Muhammad Sani bin Muhammad Said bin Muhammad
Sa’ad. Makanya saya singkat MS dibelakang nama saya tersebut.
Setelah itu saya berkunjung
kerumah bibi yang masih hidup. Namun dari kejauhan rumah tersebut nampak
lengang dan sunyi. Begitu pula rumah besar dimana kakek dan nenek dulu tinggal
bahkan kosong dan sunyi. Dalam kebingungan, akhirnya saya memutuskan untuk naik
ojek kembali ke jalan raya.
Saya pun mencoba maxim,
ketika sedang asik pencet – pencet, tiba tiba lewat bis Tayo, langsung saya
stop, tapi lumayan jauh berhentinya, saya kejar sambil berlari lari dan
langsung naik. Ini sejenis busway di Jakarta. Tetapi sedang masa uji coba
sampai bulan Juni nanti 2022. Alhamdulillah Gratis. Bis ini nanti akan berhenti
ke titik terminal pal 6 kata penumpang lain. Jadi akhirnya saya bisa menikmati
keliling kota Banjarmasin.
Ketika kemudian bis memasuki
terminal lama di Pal 6, saya langsung mencari minibus jurusan ke Kuala Kapuas.
Alhamdulillah nemu. Tapi lumayan lama menunggu penumpang lain. Akhirnya Cuma
dapat 3 orang, itupun kami disuruh nambah lagi. Ya udah, ketimbang nunggu lama
– lama. Akhirnya saya putuskan untuk nambah ongkos.
Akhirnya saya melanjutkan ke
Kota Kuala Kapuas. Kota Air.