By : M.Yusni.MS
Namaku Irfan Handoko, biasa
dipanggil singkat Irfan. Aku saat ini masih duduk di bangku kuliah semester
III, jurusan Sistem Informasi di sebuah Kampus ternama di Samarinda. Jadwal kami
kuliah, biasanya mulai jam 16.30 sampai malam jam 21.00. Kalau dosennya lagi
mood, biasanya bisa sampai jam 22.00, baru bubar. Tapi kalau lagi pas datang
baiknya, masuk cukup 15 menit, abis itu sudah pulang.
Dan hari ini, hal itu terjadi,
alangkah senangnya kami langsung bisa pulang. Bukan apa – apa sih, para
mahasiswa yang ada dikelasku adalah kelas pekerja. Mereka rata – rata kerja
kalau siang. Sehingga untuk turun kuliah, adalah sisa – sisa energy saja. Begitu
pula aku, disamping bekerja sebagai guru, aku juga seorang admin di sebuah
sekolah tingkat SLTA. Bayangkan energy yang harus aku keluarkan.
Sebenarnya aku tidak ingin kuliah
lagi. Namun karena tuntutan sebagai seorang guru, aku harus melanjutkan kuliah
lagi. Karena sebenarnya beberapa tahun sebelumnya, aku sudah kuliah di jurusan
Manajemen Pemasaran. Kemudian karena sebuah keadaan, aku akhirnya menjadi guru
di sebuah sekolah tingkat SLTA nun jauh di perbatasan Kutai Kartanegara dan
Samarinda. Persyaratan sebagai seorang guru haruslah S1, jadilah aku terpaksa
kuliah lagi. Pilihannya Cuma dua, kuliah lagi atau berhenti kerja.
Ketika sedang asik memasukkan buku
dan pulpen kedalam tas ransel, tiba – tiba HP-ku bordering nyaring dengan nada
jadulnya. Ketika kuangkat ternyata terdengar suara perempuan. Nomor ini sama
sekali tidak terdaftar dalam kontakku.
“ Siapa ini
“ Tanyaku penasaran.
“ Aku, masa
kamu lupa dengan suaraku.” Tanya suara di seberang sana.
“ Memang
kayaknya aku kenal suaramu. Tapi sumpah, aku benar – benar lupa siapa ini?”
kejarku lagi. Aku kemudian melangkah keluar dari kelas.
“ Hay,”
Sapa Silvi, teman satu kelas.
Aku memberi
kode say hello juga dengan bahasa isyarat.
“ Malam ini
ada waktu, nggak? “
“ Ada.” Sahutku
makin penasaran.
Suara
wanita itu kemudian terdengar membisikkan sebuah tempat yang lamat – lamat aku
ingat, namun dulu sering kudatangi bersama seseorang.
“ Satu jam
ya.”
“ Oke.”
Setelah
bertarung dengan debu, asap motor dan gelapnya malam, akhirnya aku sampai di
depan sebuah Café di bilangan Jalan Juanda. Suara Ariel Noah terdengar mengalun
menyambut langkah kakiku ketika masuk kedalam café tersebut. Di dalamnya hanya Nampak
beberapa orang pengunjung. Dan di meja ujung agak dekat jendela kaca, aku
melihat seseorang yang selama ini sudah “belajar” untuk kulupakan, namun tetap
melekat jauh di bawah sadarku. Wajah itu adalah milik Wulan. Mantan yang ke …. entah
keberapa.
Tapi mantan
yang satu ini, memiliki kisah berbeda dengan mantan – mantan lainnya. Hubunganku
dengan Wulan cukup bertahan lama. Hubunganku dengannya pun aneh. Karena aku
sendiri sudah punya pacar lain. Sedangkan Wulan juga sudah punya tunangan dan
juga pacar gelap lainnya. Tapi anehnya, hubungan kami tetap terjalin bagaikan
sepasang kekasih sejati.
Wulan sudah
kukenal sejak aku masih SLTA. Awalnya kami hanya punya hubungan sekedarnya. Alias
hubungan antar sesama anggota sebuah organisasi pelajar yang sama – sama kami
ikuti. Namun hubungan itu makin lama makin terjalin kuat. Sehingga aku
kesulitan untuk meninggalkannya.
Hubungan kami
akhirnya putus, ketika aku dan dia terlibat pertengkaran hebat, dan aku
kemudian memutuskan untuk berpisah. Karena aku sudah tidak bisa lagi memahami
hubungan kami. Bagaimana dia bisa mencintai aku, tetapi dia juga tetap bersama
tunangannya dan satu orang pacar gelapnya. Disuruh memilih ia bingung. Semenjak
itu aku dan dia putus hubungan.
Karena aku
kemudian sibuk kuliah di sebuah kampus di bilangan jalan juanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar