By : Muhammad Yusni
( Mantan Sekretaris PC Muhammadiyah Loa Janan Periode 2010 – 2015 )
( Mantan Sekretaris PC Muhammadiyah Loa Janan Periode 2010 – 2015 )
Add caption |
Siapa yang tidak
kenal beliau ? hampir Mayoritas masyarakat Loa Janan mengenal beliau, khususnya
warga Desa Loa Duri Ilir. Seorang yang sederhana, murah senyum dan senang
membantu siapa saja. Beliau seorang usahawan yang cukup lama malang melintang.
Mulai dari usaha jual beli motor, sampai menjadi kontraktor bangunan.
Saya mengenal
beliau sejak tahun 2006, saat dimana saya mulai mengajar pada tahun – tahun
awal perkembangan SMK Muhammadiyah Loa Janan. Pada saat itu beliau menjabat
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Loa Janan. Beliau sering bergurau dengan
saya bahwa PC Muhammadiyah Loa Janan itu adalah PCM Bondo nekat. Nekat –
nekatan aja berdirinya. Ketika itu Perguruan Muhammadiyah yang berdiri barulah
TK ABA, kemudian SMA Muhammadiyah Loa Janan kemudian disusul berdirinya SMK
Muhammadiyah Loa Janan.
Beliau kalau yang
berhubungan dengan kepentingan ummat sangat keras dan nggak mau tawar –
tawaran. Di masa – masa kepemimpinan beliau lah , pondasi perguruan
Muhammadiyah Loa Janan mulai didirikan.
Kadangkala di saat
– saat santai, saya sering menanyakan tentang cerita masa lalu, maka beliau pun
dengan bersemangat bercerita. Dari sanalah saya pelan – pelan mendapatkan
kerangka kisah awal dirintisnya Muhammadiyah di Loa Janan. Kalau kita
menggunakan kata Pendiri Muhammadiyah, saya fikir tidak tepat, mengingat
Pendiri Muhammadiyah ya Ki Ahmad Dahlan. Tetapi kalau menggunakan istilah
Perintis mungkin baru tepat. Dan Pak Haji Maqbul Jailani termasuk salah satu
Perintis Muhammadiyah di Loa Janan dari tahun – tahun awal ( kronologis
dirintisnya Muhammadiyah bisa di baca di Buku Penulis berjudul : Jejak
Muhammadiyah di Kukar ).
Cerita tentang
beliau, mungkin akan berbeda – beda pada masing – masing person yang pernah
bersama beliau, entah itu sama – sama di Pengurusan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Loa Janan seperti yang saya alami, mungkin antara pimpinan dan
bawahan. Mungkin antara sesama tetangga. Atau mungkin sesama rekan bisnis. Atau
kebersamaan dalam keluarga besar beliau.
Hampir sebagian
besar penduduk Loa Duri yang bertakziah di rumah duka saya kenal dengan baik.
Mulai dari Mantan Kepala Desa, sesama pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
Guru – guru SD – SMP dan SMK Muhammadiyah Loa Janan. Para Tetangga. Para
pejabat penting di Desa Loa Duri ilir. Pihak Keluarga. Sedangkan dari Pengurus
Wilayah Muhammadiyah Kaltim yang hadir seperti Ir. Amir Hadi, Ustadz Arifin Suparman,
Bapak Drs. Wahadi , berserta rombongan yang lain. Semua berdatangan ke rumah
duka.
Pada saat proses
pengurusan jenazah saya melihat sebuah keindahan yang harmonis tentang
kerjasama dua ormas besar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan NU. Semua tahu
kalau yang meninggal adalah seorang tokoh Muhammadiyah loa janan, namun saya
melihat dari kalangan NU pun turut membantu bersama – sama warga Muhammadiyah,
mulai dari memandikan, mengkafani, bahkan mensholatkan beliau pun di Mesjid
milik warga NU. Artinya : Haji Maqbul Jailani, bukan tokoh milik Muhammadiyah
saja, namun juga milik seluruh Ummat islam yang ada di Loa Duri – kecamatan Loa
Janan.
Kalaupun ada hal –
hal yang kurang berkenan bagi orang tertentu selama beliau masih hidup, saya
fikir tergantung pada konteks apa ketika hal tersebut terjadi. Karena semua
perselisihan, perbedaan pendapat, atau apapun namanya, adalah warna kehidupan.
Salah satu kejadian
yang sempat penulis alami antara lain, seperti kejadian “Kasus Talang SMK Mu”.
Secara guyon saya bercanda dengan Almarhum. Saya katakan begini waktu itu : “
Pak Haji, saya tidak mau pas kita di tanyai di dalam kubur, salah satunya
adalah masalah Talang Atap SMK Mu yang bikin resah.” Saya dan beliau ketika itu
tertawa terbahak – bahak.
Apapun ceritanya,
mudah – mudahan perjalanan beliau menuju Rahmatullah dilapangkan oleh Allah,
dimudahkan kalau perlu diringankan. Kami yang ditinggal, mudah – mudahan masih
bisa melanjutkan perjuangan beliau memakmurkan Islam, khususnya Muhammadiyah di
Loa Janan.
Kamis, 26 Mei 2016.
The Loa Ranten Village.
|