Rabu, 01 Januari 2014

DIMANA ANDA AKHIR TAHUN 2013



Dimanakah anda ketika akhir tahun 2013 ? Pasti masing – masing punya jawaban yang beragam. Kalau saya memiliki jawaban juga sendiri. Di akhir tahun 2013 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2013, saya justeru sedang berada di Lokasi Tambang milik SALAH SATU PERUSAHAAN TAMBANG Kutai Kartanegara. Saya berkesempatan menikmati perjalanan di tengah hujan menuju ke lokasi tersebut. Tepat jam 10 pagi dengan menumpang sebuah mobil L200 yang mirif ambulance, saya pun meluncur menyusuri jalan tambang yang berliku – liku, becek dan kayak arena road race. Selama perjalanan sambil sekali – kali saya berkomunikasi dengan supir yang bernama Mas Agus. Tema perbincangan kami cukup beragam, mulai dari
masalah Gaji pokok, gaji supir, nasib para pekerja tambang, betapa kerasnya menjadi pekerja tambang, dan masih banyak lagi ( off the records ).

Dan saya merasa termasuk manusia beruntung memiliki kesempatan yang aneh mengunjungi lokasi – lokasi tambang. Tambang yang pernah saya sambangi, selain tambang – tambang lain seperti Tambang ABK, RPP, AJP, BKS, GPE, dan TUC  beberapa tambang lain yang saya lupa namanya. Termasuk tambang di daerah Kota Bangun yang pernah merupakan tambang terjauh yang pernah saya datangi. Dari semua tambang yang pernah saya datangi memang meninggalkan bekas yang dalam hati saya, bahwa Indonesiaku memang memiliki kekayaan yang sangat luar biasa, nilai deposit batu bara masih melimpah. Betapa dampaknya bagi masyarakay sekitar tambang, seperti masyarakat bisa ikut berkerja di perusahaan tambang dengan gaji berjuta – juta kisaran antara 3 sampai 7 juta perbulan. Belum lagi bisnis makanan dan minuman bagi para pekerja tambang. Jujur saja lah dampak adanya tambang memang ikut menaikkan kesejahteraan warga disekitarnya.

Itu dampak positif, ternyata dampak negative cukup lumayan juga. Penggundulan hutan, pengikisan bukit dan gunung. Pengerukan batu bara telah mengakibatkan kerusakan alam yang memiliki dampak jangka panjang. Seorang pakar ahli pernah mengatakan, bahwa untuk mengembalikan kesuburan lokasi tambang dibutuhkan waktu 100 tahun. Wuih sungguh mengerikan. Dan memang kita banyak menemukan lokasi – lokasi lembah galian batu bara yang telah berubah menjadi danau – danau mati. Yang jumlahnya kian hari kian banyak.

Saya dan anak – anak saya pernah mengunjungi sebuah bekas lokasi tambang yang telah menjadi danau yang luasnya mirif danau toba ( yang ini mungkin terlalu bombastis ). Tetapi dari segi keindahan memang Nampak indah dan cocok jadi lokasi wisata. Namun jika kita mendekati, maka kita hanya akan menemukan air mati. Air yang sama sekali tidak bergerak, tidak ada flora dan fauna air yang ada. Semuanya terasa mati mirif dengan laut mati di ujung dunia sana.

Kalau sudah begitu apa mau dikata.

Apa yang mau saya sampaikan dalam tulisan perjalanan saya kali ini ? bahwa dampak perusahaan tambang memiliki efek positif dan negatif. Dari sisi kesejahteraan memang masyarakat turut merasakan nikmatnya uang tambang. Namun disisi lain kita sedang menghadapi kehancuran dimana – mana. Dan dampaknya memang bukan sekarang, tetapi nanti anak cucu kita yang akan menikmatinya. Mereka mungkin hanya mengenal hutan dari internet. Mereka hanya akan menedengar suara burung dari internet. Dan mereka hanya akan menikmati kesegaran udara hutan dan desa hanya lah dari cerita para orang tua yang sudah pada renta dan jompo. Sampai kapan kita meneruskan penghancuran ini ???

Dan saya berada di akhir tahun 2013, berada di atas puing – puing kehancuran sebuah lokasi tambang yang sedang dikeruk isinya. Selamat tahun baru 2014. Semoga tahun depan lebih banyak para pemimpin kita yang insyaf dan sadar tentang berjalannya monster yang bernama penghancuran alam Indonesia demi alasan ekonomi. Preet kata mamak umet dalam Film si Entong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar