Dimanakah anda ketika akhir
tahun 2013 ? Pasti masing – masing punya jawaban yang beragam. Kalau saya
memiliki jawaban juga sendiri. Di akhir tahun 2013 tepatnya pada tanggal 31
Desember 2013, saya justeru sedang berada di Lokasi Tambang milik SALAH SATU
PERUSAHAAN TAMBANG Kutai Kartanegara. Saya berkesempatan menikmati perjalanan
di tengah hujan menuju ke lokasi tersebut. Tepat jam 10 pagi dengan menumpang
sebuah mobil L200 yang mirif ambulance, saya pun meluncur menyusuri jalan
tambang yang berliku – liku, becek dan kayak arena road race. Selama perjalanan
sambil sekali – kali saya berkomunikasi dengan supir yang bernama Mas Agus.
Tema perbincangan kami cukup beragam, mulai dari
masalah Gaji pokok, gaji
supir, nasib para pekerja tambang, betapa kerasnya menjadi pekerja tambang, dan
masih banyak lagi ( off the records ).
Dan saya merasa termasuk
manusia beruntung memiliki kesempatan yang aneh mengunjungi lokasi – lokasi
tambang. Tambang yang pernah saya sambangi, selain tambang – tambang lain
seperti Tambang ABK, RPP, AJP, BKS, GPE, dan TUC beberapa tambang lain yang saya lupa namanya.
Termasuk tambang di daerah Kota Bangun yang pernah merupakan tambang terjauh
yang pernah saya datangi. Dari semua tambang yang pernah saya datangi memang
meninggalkan bekas yang dalam hati saya, bahwa Indonesiaku memang memiliki
kekayaan yang sangat luar biasa, nilai deposit batu bara masih melimpah. Betapa
dampaknya bagi masyarakay sekitar tambang, seperti masyarakat bisa ikut
berkerja di perusahaan tambang dengan gaji berjuta – juta kisaran antara 3
sampai 7 juta perbulan. Belum lagi bisnis makanan dan minuman bagi para pekerja
tambang. Jujur saja lah dampak adanya tambang memang ikut menaikkan
kesejahteraan warga disekitarnya.
Itu dampak positif, ternyata
dampak negative cukup lumayan juga. Penggundulan hutan, pengikisan bukit dan
gunung. Pengerukan batu bara telah mengakibatkan kerusakan alam yang memiliki
dampak jangka panjang. Seorang pakar ahli pernah mengatakan, bahwa untuk mengembalikan
kesuburan lokasi tambang dibutuhkan waktu 100 tahun. Wuih sungguh mengerikan.
Dan memang kita banyak menemukan lokasi – lokasi lembah galian batu bara yang
telah berubah menjadi danau – danau mati. Yang jumlahnya kian hari kian banyak.
Saya dan anak – anak saya
pernah mengunjungi sebuah bekas lokasi tambang yang telah menjadi danau yang
luasnya mirif danau toba ( yang ini mungkin terlalu bombastis ). Tetapi dari
segi keindahan memang Nampak indah dan cocok jadi lokasi wisata. Namun jika
kita mendekati, maka kita hanya akan menemukan air mati. Air yang sama sekali
tidak bergerak, tidak ada flora dan fauna air yang ada. Semuanya terasa mati
mirif dengan laut mati di ujung dunia sana.
Kalau sudah begitu apa mau
dikata.
Apa yang mau saya sampaikan dalam
tulisan perjalanan saya kali ini ? bahwa dampak perusahaan tambang memiliki
efek positif dan negatif. Dari sisi kesejahteraan memang masyarakat turut
merasakan nikmatnya uang tambang. Namun disisi lain kita sedang menghadapi
kehancuran dimana – mana. Dan dampaknya memang bukan sekarang, tetapi nanti
anak cucu kita yang akan menikmatinya. Mereka mungkin hanya mengenal hutan dari
internet. Mereka hanya akan menedengar suara burung dari internet. Dan mereka
hanya akan menikmati kesegaran udara hutan dan desa hanya lah dari cerita para
orang tua yang sudah pada renta dan jompo. Sampai kapan kita meneruskan
penghancuran ini ???
Dan saya berada di akhir tahun
2013, berada di atas puing – puing kehancuran sebuah lokasi tambang yang sedang
dikeruk isinya. Selamat tahun baru 2014. Semoga tahun depan lebih banyak para
pemimpin kita yang insyaf dan sadar tentang berjalannya monster yang bernama
penghancuran alam Indonesia demi alasan ekonomi. Preet kata mamak umet dalam
Film si Entong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar