Para calon yang kali ini
bertarung di Pileg 2019 cukup banyak. Bayangkan saja, jika dari dua puluh
Parpol yang resmi, mengirimkan para calon saja minimal 10 orang per parpol.
Berarti 10 orang x 20 Parpol = + 200 orang yang akan bertarung pada
tingkat Kota / Kab. Samarinda. Sementara setiap 1 calon harus mendapatkan
minimal 1.500 suara pemilih untuk dapat duduk di Kursi DPRD. Sedangkan yang
diperebutkan hanya sekitar 50 kursi. Bisa terbayangkan betapa sulitnya
pertarungan kali ini.
Belum mulai saja, sudah kita
bayangkan betapa warna – warninya Kota Samarinda. Ketika 20 Partai memasang
bendera, memasang spanduk, banner dan menyebarkan kartu nama. Maka hampir
setiap sudut kota akan penuh dengan berbagai macam seruan, ajakan dan promosi
masing – masing para calon. Itu baru calon untuk tingkat Kota/ Kab. Belum
ditambah dengan Para calon DPRD tingkat Provinsi Kalimantan Timur. Jumlahnya
juga sama 20 parpol. Ditambah lagi Para Calon DPR/MPR perwakilan Kaltim dan
para calon DPD perwakilan Kaltim. Bayangkan dah betapa ramainya Indonesia untuk
beberapa bulan ke depan. Dan mudah-mudahan jangan sampai terjadi gesekan –
gesekan antar parpol. Mengingat kali ini Pemilu merupakan Pertarungan yang
Tajam antara dua kelompok besar Parpol yang masing – masing mendukung Capres
yang berbeda. Yang satu Incumben, dan yang satu Oposisi.
Berdasarkan teori Crowd (
Kerumunan ), makin banyak kerumunan, makin tinggi resiko terjadinya pergesekan,
pertentangan, keributan dan perselisihan. Semua hingar bingar penawaran dan
promosi dari kelompok Parpolis untuk memilih calon dan parpol tertentu harus
bisa kita cermati dan amati. Namun mudah – mudahan Rakyat Indonesia sudah
dewasa dan bijak dalam memilih.
Nah, apapun yang akan terjadi
nanti, mudah – mudahan akan menghasilkan akumulasi para Parpolis yang lebih
bijak dan lebih baik daripada sebelum – sebelumnya. Para calon anggota yang
terhormat itu, mudah – mudahan bukan sekedar PHP dan sekedar mencari muka
sesaat. Begitu terpilih langsung lupa diri dan lupa sama para pemilihnya. Kalau
sebelumnya rajin sms dan telpon sama para pendukung dan simpatisan, begitu
terpilih, langsung hilang lenyap. Sms tak dibalas, telpon tak di angkat. Ketemu
di jalan dihindari, bahkan kalau kita bertamu kerumah atau ke kantornya, nggak
bakal di temui. Itu pun lama…. Selama 3 tahun kedepan. Bagaimana ???
Desa Tani Aman, 08-08-2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar