Sudah
hampir satu abad saya tidak menulis, memang sengaja berhenti menulis. Bukan apa
– apa sih, aku memang sengaja non aktiv sementara berfikir. Lagi malas aja.
Saya lebih suka menggunakan perasaan saja. Saya lebih banyak mempergunakan mata
batin didalam menerima serbuan informasi yang nyaris setiap detik menyerbu
ruang publik dan ruang pribadi kita. Zaman sekarang ini informasi begitu cepat
datangnya dibandingkan zaman dulu. Dulu waktu media cetak masih berkuasa,
berita dan informasi berjalan cepat juga, minimal 24 jam. Tetapi di zaman
sekarang, apalagi ditunjang dengan teknologi Smartphone didalam genggaman.
Semua informasi begitu cepat kita terima. Kadang hanya selisih sepersekian
detik, kejadian di ujung pelosok dunia lain, sudah kita ketahui dengan begitu
cepat.
Kecepatan
informasi ini, sayangnya membawa semua informasi tanpa ada filter. Antara
berita sebenarnya dengan berita rekayasa atau Hoax tercampur baur, dan dengan
mudah dipercaya oleh netizen tanpa filter sama sekali. Bahkan kadang langsung
di share kemana – mana. Oleh karena itu kemudian, para Pimpinan Organisasi atau
Negara sampai harus merasa menyewa buzzer didalam mengelola informasi di
Masyarakat. Para Buzzer ini dibayar mahal untuk membuat, mengkonter, dan bahkan
melawan berita – berita yang merugikan Buyer.
Bahkan
jika ada dua kutub yang berlawanan, maka diperlukan para buzzer yang saling
berperang siang dan malam. Mereka inilah yang menyebabkan serbuan informasi
yang bercampur baur, antara informasi real dengan informasi hoax alias palsu.
Untungnya
dikalangan masyarakat sudah ada lembaga atau perorangan yang melakukan
penjaringan informasi dan melakukan validasi mana berita yang benar dan mana
yang berita hoax. Antara lain seperti : https://www.kominfo.go.id , jadi buat para netizen, sebelum melakukan sharing
berita, sebaiknya di cek dulu di situs ini. Apa benar berita atau video yang
mau disebarkan. Jangan sembarangan. Hati – hati sekali.
Semua orang
pasti setuju mengenai dampak negatif dari penyebaran informasi palsu alias hoax
di internet. Ditambah lagi, penyebaran itu terjadi secara masif dan cepat.
Penyebaran informasi hoax tersebut pun kerap diimbangi dengan ujaran kebencian
yang berlebihan
Oleh karena
itu, berbagai cara dilakukan untuk membatasi penyebaran informasi hoax, baik di
Indonesia ataupun di tingkat internasional. Facebook dan Google sebagai
perusahaan besar yang memiliki peran dalam penyebaran informasi di internet
telah mengumumkan niatannya dalam memerangi informasi hoax.
Sementara itu,
di tingkat bawah, aksi memerangi informasi palsu juga berlangsung cukup intens,
termasuk di Indonesia. Salah satu komunitas online yang bertujuan dalam
memerangi informasi palsu di internet adalah TurnBackHoax. Bermula dari sebuah
grup di Facebook, TurnBackHoax kini telah memiliki web resmi yang beralamat di
Turnbackhoax.id. Situs ini terbilang masih baru, dibuat pada bulan November
2016. Informasi yang ditulis di Turnbackhoax ini merupakan rangkuman serta
arsip dari diskusi yang dilakukan di grup Forum ANti Fitna, Hasut, dan Hoax
(FAFHH). Terdapat tiga kategori tulisan di sini, yakni hoax, hasut, dan fitnah.
Informasi hoax, hasut, dan fitnah yang ditulis di situs ini pun beragam. Mulai
dari informasi terkait dengan politik, agama, dan hal-hal lainnya. Keberadaan
komunitas dan situs turnbackhoax.id ini pun mendapatkan sambutan positif dari
pemerintah Indonesia. Bahkan, peluncuran resmi situs ini secara langsung
dilakukan oleh Menteri Kominfo Rudiantara pada 8 Januari 2017. Rudiantara
mengatakan, keberadaan komunitas anti hoax seperti ini menjadi salah satu
metode yang positif untuk menangkal peredaran informasi hoax dan palsu di
internet. Selain memiliki situs,
Turnbackhoax
juga telah dilengkapi dengan aplikasi yang memudahkan pengguna internet dalam
melaporkan keberadaan informasi palsu. Aplikasi tersebut berupa sebuah ekstensi
Chrome yang bisa dengan mudah digunakan.
Sumber: https://www.beritateknologi.com/turnbackhoax-komunitas-online-anti-hoax-di-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar