Sabtu, 19 April 2025

Nabi Muhammad SAW: Pejuang Keadilan, Bukan Penjajah atau Penyuka Perang

📜 Pendahuluan

Nama Nabi Muhammad SAW sering kali dibicarakan dalam berbagai literatur sejarah, baik oleh penulis Muslim maupun orientalis Barat. Sayangnya, beberapa orientalis klasik menuduh beliau sebagai sosok penyuka perang dan penjajah negeri-negeri lain. Artikel ini mencoba menelaah secara obyektif bagaimana sebenarnya posisi Nabi Muhammad SAW dalam konteks sejarah.


⚔️ Perang dalam Sejarah Nabi Muhammad SAW

Fakta sejarah menunjukkan bahwa peperangan yang terjadi di masa Nabi bukanlah agresi militer untuk menaklukkan wilayah atau memaksakan agama. Hampir seluruh peperangan yang terjadi adalah bentuk pertahanan diri dari ancaman nyata.

Contoh:

  • Perang Badar terjadi setelah kaum Quraisy merampas harta kaum Muslimin di Makkah.

  • Perang Uhud adalah serangan balasan Quraisy karena kekalahan mereka sebelumnya.

  • Perang Khandaq (Ahzab) terjadi karena gabungan pasukan Quraisy dan sekutunya hendak menyerbu Madinah.

Bahkan di Fathu Makkah (Penaklukan Makkah), Nabi Muhammad SAW tidak melakukan balas dendam. Beliau malah menyatakan:

"Pergilah, kalian bebas."

Sikap ini menunjukkan bahwa Nabi bukan sosok yang haus kekuasaan, melainkan pembawa kedamaian.


🌿 Prinsip Etika dalam Perang

Dalam setiap peperangan pun, Nabi Muhammad SAW menetapkan aturan ketat:

  • Tidak boleh membunuh anak-anak, wanita, orang tua, dan pemuka agama.

  • Dilarang merusak rumah ibadah, pepohonan, dan sumber air.

  • Larangan menyiksa tawanan perang.

Ini adalah standar etika perang yang sangat maju untuk zamannya, bahkan jauh sebelum konsep hukum perang modern diterapkan.


🌍 Benarkah Nabi Muhammad Menjajah Negeri Lain?

Jika penjajahan didefinisikan sebagai perampasan wilayah, sumber daya, dan hak asasi dengan paksaan, maka ekspansi yang dilakukan umat Islam setelah Nabi wafat berbeda konteksnya:

  • Bertujuan membebaskan rakyat dari tirani.

  • Memberikan jaminan kebebasan beragama.

  • Tidak ada pemaksaan memeluk Islam — terbukti dari keberadaan komunitas Yahudi, Nasrani, dan Majusi yang tetap hidup di bawah kekuasaan Islam dengan aman.


📚 Orientalisme dan Bias Sejarah

Sebagian besar tuduhan negatif ini datang dari orientalis Barat abad ke-18 dan 19, masa di mana kekuasaan kolonial Eropa sedang menguasai negeri-negeri Muslim. Tulisan mereka seringkali didasari:

  • Kepentingan politik untuk menjustifikasi kolonialisme.

  • Ketidaktahuan terhadap konteks sejarah Islam.

  • Prasangka agama yang lahir dari konflik masa lalu.

Namun belakangan ini, orientalis modern seperti Karen Armstrong justru mengapresiasi kepribadian Nabi Muhammad SAW:

"Muhammad adalah seorang pemimpin yang visioner dan penuh belas kasih, yang mampu menyatukan bangsa yang tercerai-berai tanpa darah yang berlebihan."


Kesimpulan

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang adil, bijaksana, dan cinta damai. Peperangan yang beliau pimpin semata-mata untuk membela hak umat Islam dan melawan penindasan. Tuduhan bahwa beliau penyuka perang atau penjajah adalah bentuk distorsi sejarah yang tidak sesuai dengan fakta.

Semoga artikel ini bisa menjadi rujukan yang lebih obyektif untuk diskusi, kajian, atau pembelajaran.



Tidak ada komentar: