Rabu, 09 April 2025

KEANGKUHAN BUDAYA DAN ADAT

Saya termasuk orang yang menghormati kebudayaan dan Adat siapa saja. Namun jika kebudayaan dan adat tersebut hanyalah buatan manusia dan mencoba mengalahkan Tuntunan Agama, maka saya mohon maaf memilih untuk pergi meninggalkan anda. Saya fikir, Tuhan dalam hal ini ALLAH ( Jika dalam agama yang saya Anut, telah memberikan semua tuntunan - tuntunan dalam melaksanakan berbagai aspek kehidupan manusia. 

Pemahaman dan pengetahuan yang saya miliki bukanlah ecek ecek. Memang saya nggak punya gelar Akademik, tetapi saya pernah mengenyam di dua Perguruan Tinggi. Pertama : Jurusan Manajemen di STIE Muhammadiyah Samarinda sejak tahun 1993 s.d. 2000. Alhamdulillah sampai semester Akhir dan tinggal maju Skripsi, namun tidak tuntas, sehingga akhirnya tahun 2000 saya mendapat pernyataan D.O alias Drop Out. Kemudian sekitar tahun 2013 saya kembali berkuliah di STMIK Samarinda, jurusan Sistem Informasi Komputer. Hanya sampai semester 5. Semua itu terputus karena masalah Biaya dan Waktu. 

Namun selama saya berkuliah, banyak pengetahuan, pengalaman dan pelatihan yang saya terima dan saya serap. Artinya saya tidak bodoh amat kalau mau bicara masalah wawasan akademis dan keagamaan. 

Kemudian saya juga banyak aktif di beberapa Organisasi Kemahasiswaan, Kepemudaan dan Kemasyarakatan. Saya biasa mengikuti Seminar, Sarasehan. diskusi atau Workshop tentang berbagai masalah dan tema. 

Jadi ketika ada seseorang mengatakan OTAK Saya KOSONG, rasa Sakitnya TUH Disini. Sungguh terlalu manusia tersebut. Apalagi, manusia itu adalah BESAN Saya sendiri. Sungguh sungguh terlalu dan sangat TIDAK BIJAK. Karena mempertahankan BUDAYA dan ADAT buatan manusia, malah mengejek saya yang telah mengambil TINDAKAN berdasarkan PENGETAHUAN saya yang sudah hampir 30 tahun tentang AGAMA dan KEBUDAYAAN.

Kronologisnya :

1. Seorang Anak Muda yang sudah ber KTP, dan sudah Hidup Mandiri, telah menghadap saya dan melamar Puteri saya yang Pertama. Siap bertanggungjawab dan menikah anak saya. Dia datang sendiri, tanpa Wali atau tanpa sepengetahuan keluarganya.

2. Saya terima, kemudian mereka menikah, walau hanya menikah Sirri. Karena khabarnya kedua orangtuanya tidak setuju dia berkeluarga. Padahal Pemuda ini benar benar ingin menikah dan bertanggungjawab.

3. Pernikahan kemudian terjadi, lalu mereka pindah ke salah satu Kota besar di Jawa.

4. Orangtuanya dalam hal ini si Bapaknya, tiba - tiba marah marah dan menyuruh mereka bercerai, kemudian menyuruh anaknya untuk kuliah sampai selesai, kemudian menikah dengan pasangan yang sesuai budaya dan adat mereka. Puteri saya mau dikembalikan ke Kalimantan. 

5. Setelah itu saya dikata-katain dengan kata - kata yang TIDAK selayaknya dikeluarkan oleh mahkluk yang bernama MANUSIA.

Sekarang menurut anda bagaimana ? 

Tidak ada komentar: